Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

CERITA DI HARI MINGGU (2)

Purnomo's picture

               Sebuah mobil berhenti di depan gerbang gereja 30 menit setelah ibadah dimulai. Penumpangnya sepasang suami istri. Mereka terlambat karena terlambat bangun gara-gara si suami nonton sepakbola di tivi sampai lewat tengah malam dan istrinya yang mengasihinya, mendampinginya dengan menyibukkan diri berpesbukria.

              "Kau langsung saja masuk gereja. Biar aku sendiri yang mencari tempat parkir," kata si suami.
              Selesai memarkir mobil, ia segera berlari kecil menuju pintu masuk ruang ibadah. Dia memanjang-manjangkan leher, tetapi ia tak berhasil menemukan lokasi duduk istrinya. Ah, tahu begini harusnya tadi aku suruh dia memakai pita kuning di atas kepalanya, pikirnya. Apa boleh buat, ia duduk di barisan paling belakang karena kebetulan ada 1 kursi kosong di situ.

              Begitu ia duduk, kantong persembahan mulai diedarkan. Ia meraba saku belakang, lalu saku kiri, kemudian saku kanan. Celaka, dompetnya tidak ada. Dompetnya tertinggal dalam mobil. Kalau ia keluar mengambilnya, pasti waktu kembali ke ruang ibadah acara persembahan sudah selesai. Haram baginya tidak memberi persembahan karena baginya tanpa memberi persembahan ibadahnya tidak lengkap - masih bercacat.

             Ia mencolek tangan pemuda tetangga kirinya.
             "Dik, Dik, bisa minta tolong?" bisiknya.
             "Minta tolong apa, Pak?"
             "Dompet saya tertinggal di mobil. Saya pinjam uang Adik untuk persembahan. Selesai kebaktian kita sama-sama ke mobil saya untuk mengganti uang Adik."
             "Berapa?"
             "Lima ribu rupiah saja."

             Pemuda itu mengeluarkan dompetnya.
             "Wah tidak ada. Uang saya tinggal selembar ini saja," katanya sambil mengeluarkan selembar 20 ribu rupiah.
             "Jangan. Yang saya perlu hanya 5 ribu saja."

              Lalu ia menoleh ke tetangga kanannya.
             "Koh, Koh, saya bisa minta tolong?"
             "Bisa, bisa," jawab engkoh gendut itu dan segera mengeluarkan dompetnya. Agaknya dia mendengar percakapan tadi.
             "Mau pinjam berapa? Cepe? Goban?" tanyanya sambil membuka dompet yang ternyata hanya berisi lembar warna merah dan biru.
             "Gojeng saja, ada?"
             "Tadi ada selembar, tapi sudah saya berikan ke tukang parkir."
             "Terima kasih. Tak usah, Koh."

             Ia melihat kantong kolekte sudah mendekat. Bergegas dia menoleh ke kiri.
            "Dik, Dik, saya jadi pinjam uang. Cepat, Dik. Dua puluh ribu tak mengapalah."

            Begitu ia memasukkan uang dua puluh ribu rupiah ke dalam kantong kolekte, ia menarik nafas lega. Aku tidak berdosa hari ini, katanya dalam hati. Dan ketika penatua memimpin doa persembahan, ia pun ikut berdoa, "Tuhan, terima kasih Engkau telah memberi saya kesempatan untuk memberi persembahan untuk 4 minggu sekaligus."
                                       
                                         (the end)

Veritas's picture

Nice Story

Nice Story... Konsisten memberi 5ribu. Memegang teguh prinsip. Tongue out

__________________

Quid Est Veritas Kata seorang bajingan bernama PILATUS

http://www.facebook.com/veritasq