Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Bazaar Sekolah Minggu: Kamu duduk manis saja

Evylia Hardy's picture

Dua puluh satu Mei. Jam tujuh lewat sepuluh menit kubelah jalan Majapahit dengan motor hitamku yang kusam karena belum dicuci. Tak perlu tergesa-gesa, bazaar toh dijadwalkan jam sembilan. Pengarahan buat para bakul (penunggu lapak) baru akan dimulai jam delapan.

Setengah delapan tepat aku siap di tempat. Beberapa rekan guru sekolah minggu berkaos biru dan bercelana jeans sudah mulai sibuk menata barang-barang dagangan. Kumasuki lapakku yang lumayan luas. Karena cukup banyak orang yang ditempatkan di lapak tas dan boneka, kami berbagi tugas. Aku di bagian tas.

Beragam model dan warna tas sekolah serta tas ABG teronggok di sudut lapak, sebagian masih tertumpuk di kardus. Kami gemukkan tas-tas itu dengan buntalan koran agar keren ketika dipajang.

Ketika tatapanku mampir ke tas-tas yang dipajang di papan, keningku berkerut. Kok ada tas-tas tangan wanita dewasa juga? Bukankah ini bazaar untuk anak-anak sekolah minggu? Apakah mereka diharapkan memakai kupon mereka (anak-anak akan membayar barang-barang itu dengan kupon yang mereka kumpulkan selama setahun penuh; yang tak pernah membolos akan memiliki 52 kupon) untuk membelikan tas bagi ibu atau mungkin ibu guru sekolah minggu mereka?

Ternyata di dekat pintu masuk disediakan satu tempat penjualan kupon. Jadi, siapa pun yang ingin berbelanja di bazaar ini bisa menebus kupon seharga Rp 750,00 per lembarnya. Begitulah kebijakan panitia. Banyak anak sekolah minggu yang berasal dari keluarga yang mampu dan sangat mampu berjubel di situ. Tidak apa-apa sering bolos sekolah minggu untuk sekedar berjalan-jalan, toh mereka bisa membeli kupon untuk berbelanja di bazaar ini. Kupon yang mereka beli bahkan jauh lebih banyak dibanding milik seorang murid sekolah minggu yang paling rajin sekalipun.

Balik ke lapak. Ketika aku mulai mengecek stok barang dan menghafal kode kupon ... aku mendapati ada setumpuk tas tangan wanita yang sudah ditandai dan disendirikan. Keningku berkerut lagi.

"Ooo, itu sudah dipesan," cetus salah seorang temanku.

Ternyata di lapak-lapak lain pun ada pesanan VIP semacam ini. Ceritanya, malam sebelumnya beberapa guru sudah adu cepat memilih barang bagus sebelum keduluan oleh murid-murid dan orang tua murid-murid mereka. Sesaat sebelum bazaar dimulai pun ada yang sibuk berburu barang buat dirinya atau sanak keluarganya.

"Cik, anakmu mana? Ndak ngecup (memilih dan menyimpan) barang dulu?" tanya temanku lagi. Di gereja teman-teman menyapaku 'cik', sedangkan di kampung dari balita sampai lansia menyapaku 'mbak'.

"Lho, kan rayon kita jatahnya jam 12 siang nanti?" Aku balas bertanya.

"Ya ndak apa-apa tho, dipilihin yang bagus-bagus dulu."

Sejenak aku terdiam. Pintar juga ya. Jam 12 nanti barang yang bagus-bagus belum tentu di-jog (didatangkan) lagi. Kalau kupilihkan sekarang kan masih bisa dapat yang bagus-bagus.

"Ah, biar saja," cetusku, "nanti kan dia datang sama ayahnya. Biar ikut ngerasain berjubel-jubel bareng temen-temennya. Biar ngerasain bangga mendapat barang pilihannya. Biar belajar ngatasin rasa kecewa kalau barang yang dia mau gak ada. Ndak usah dibiasakan dapat fasilitas."

"Taat ni yeee," goda teman-temanku. Aku tersenyum kecut.

Acara bazaar selesai jam dua. Selepas acara berhitung dan mengurus ini itu, aku dan beberapa teman pulang lebih dulu tanpa menanti jatah nasi soto yang akan disajikan jam tiga. Bukan apa-apa, kami masih harus menyimpan tenaga karena jam lima sore ada kebaktian kenaikan Isa Almasih.

Malamnya, sepulang dari gereja aku baru sempat membedah belanjaan anakku. Ada barang yang bagus, ada barang yang norak, he he .... Melihat betapa bangganya dia memamerkan barang-barang hasil buruannya, pikiranku melayang kembali ke bazaar tadi ... kepada sebagian anak yang mendapatkan barang-barang bagus tanpa harus berjubelan dan bercucuran keringat memperjuangkannya. Sulit rasanya membayangkan anak-anak itu akan tersenyum sepuas anakku saat ini ....

 

__________________

eha

Anak El-Shadday's picture

@ mbak eha

kadang-kadang rasa sayang orang tua, menyebabkan anaknya makin ga bertumbuh. butuh kasih yang benar-benar kasih untuk bisa memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang kita cintai.

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

Evylia Hardy's picture

halloo cewek2 manieezz

halloo cewek-cewek manieezz, coba dengarin kata-katanya AES ni, ***kadang-kadang rasa sayang orang tua, menyebabkan anaknya makin ga bertumbuh. butuh kasih yang benar-benar kasih untuk bisa memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang kita cintai*** so sweeeet ... ini jauh lebih menjanjikan dibanding sejuta rayuan gombal jadi penasaran nih, sebenarnya sapa sih si cowok menjanjikan ini eha
__________________

eha