Jika ditanya siapakah Yesus oleh umat dari agama lain, Apa yang harus kita jawab?
Yesus adalah Tuhan dan pengantara kita menghadap Allah Bapa disurga. Dia adalah Juruslamat dunia, dan juruslamat hidup kita, dan tak sesekali bisa kita menghadap Allah Bapa kalau tidak melalui Yesus Kristus, karena Allah Bapa ada di dalam Yesus Kristus, dan Roh kudus ada dalam Nya,dan biasa kita sebut dengan Allah Tritunggal.
Saya tidak mau membahas tentang keselamatan lain diluar Yesus Kristus. Yang saya tekankan disini adalah bagaimanan kita menjelaskan siapa Yesus itu bagi umat agama lain.
Tentu saja orang orang diluar kristen akan menyangkal, dan menyangsikan semuanya itu,walaupun jelas jelas mereka mengakui keberadaan-Nya, dan mengenal –Nya sebagai seorang nabi yang dilahirkan oleh seorang perawan yang bernama Maria yang hidup-Nya sangat diurapi .Dan mereka akan menjadikan Tritunggal sebagai senjata untuk menghina, dan underestimate umat kristen.
Allah berfirman dalam Matius 12: 17-21
Matius
12:17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
12:18 "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.
12:19 Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.
12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.
12:21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.
Perhatikan ayat 18 : Aku ( Allah Bapa ) akan menaruh Roh-Ku (Roh-Nya Allah Bapa yang maha kudus ),ke atasnya ( yang adalah Yesus Kristus )
Jika orang diluar kristen percaya akan nabi Isa dan percaya akan INJIL,tentunya isi nas tersebut, dan apa yang terdapat didalamnya, mereka pun harus mempercayainya, bahwa itu adalah Firman yang benar, dan wahyu yang benar dari Allah., karena apa yang terdapat dalam injil tentu saja adalah kebenaran, sama seperti mereka percaya kepada kitab suci mereka.
Jika mereka tidak percaya terhadap apa yang difirmankan dalam nas itu, sama juga dengan mereka memungkiri keberadaan dari Nabi Isa yang mereka percayai, yang bagi kita adalah Yesus Kristus.
Jika dengan penjelasan tersebut mereka tetap tidak mau menerima dan mengakui kebenaran akan apa yang sudah difirmankan dalam INJIL, maka lebih baik mengatakan dengan apa yang biasa mereka ajarkan sendiri dengan kalimat :
Lakum dinukum walyadin (bagiku agamaku, bagimu agamamu), dan Wallahu a’lam ( artinya “Dan Allah Mahatahu/Maha Mengetahui atau Lebih Tahu )
Tuhan Yesus memberkati
smile
April 11st-2010
__________________
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
Ngomong ato berdebat ma org
Ngomong ato berdebat ma org non Kristen itu agak tricky krn cara berpikir mereka beda dgn kita. Kalo kita memposisikan diri dan melihat dr sudut pandang mereka, kita akan melihat bahwa Kekristenan itu sangat subjektif dan sama sekali gak bisa dijadikan ajang perdebatan yg logis krn semuanya berakar di kata 'percaya' ato 'iman'.
Kita mempercayai semua kata Alkitab, itulah sebabnya kita mengaminkan semua yg dikatakan Alkitab, termasuk di dalamnya faktor ketuhanan Yesus. Dari percayalah kemudian terlahir pemahaman ato kadang pemahaman yg dipaksakan dr ayat2 Alkitab. Dr situ aja uda keliatan beberapa kesalahan logika yg fatal.
Logisnya kita gak bisa membuktikan ketuhanan Yesus krn kita gak pernah ketemu ma Dia ato mengenal Dia scr langsung sehingga kita gak bisa membuktikan scr pasti bhw Dia benar2 Tuhan. Kita cuma percaya Dia Tuhan dr kata2 Alkitab dan pengalaman pribadi yg semuanya berakar dr kata 'percaya' itu.
Jadi lebih logis dan mungkin lbh bisa diterima kalo kita mencoba memperkenalkan Yesus ke orang2 non Kristen dgn memakai faktor ke-manusia-an Yesus, bukan ketuhanan-Nya.
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi