Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Awalnya Karena Ingin Berbeda

Anak El-Shadday's picture

Kemarin rabu ada seorang teman yang curhat
ke aku. Kebetulan rumah temenku ini berdekatan dengan sebuah masjid. Temenku
menggerutu kenapa setiap mau sholat, masjid selalu pake acara adzan melalui
loud speaker (atau bahasanya dia teriak-teriak pake speaker hehehehe….).
kemudian jadi pengin nulis tulisan ini.

***

Pada waktu Muhammad berpindah dari kota asalnya (Mekkah) ke kota
Yatsrib (sekarang madinah) karena menghadapi tekanan dari bangsa Arab Quraisy,
dia berhasil membangun suatu komunitas kaum muslim di kota yang majemuk tersebut (ada pengikut
Yudaisme dan Kristiani yang hidup di Madinah). Karena kebebasan beragama sudah
tercapai, maka kaum muslim waktu itu mulai berani beribadah secara
terang-terangan. Keberanian ini semakin terlihat seiring dengan diadakannya
sholat wajib 5 waktu (ibadah wajib kaum muslim) secara berjamaah/bersama-sama
di suatu tempat yang sekarang di kenal sebagai masjid Nabawi.

Seiring dengan bertambahnya jumlah kaum
muslim yang ada di kota
Madinah (baik karena exodus dari mekkah maupun karena pertambahan “jiwa baru”
hehehehe…) maka terjadilah suatu masalah, yaitu susahnya mengumpulkan kaum
muslim yang banyak itu untuk bersama-sama melakukan sholat jamaah. Maka
Muhammad mulai memikirkan dan mendiskusikan dengan para sahabatnya tentang cara
pemanggilan sebagai tanda akan dimulainya sholat 5 waktu secara berjamaah.
Bermacam-macam usulanpun muncul, ada yang mengusulkan memanggil dengan
menggunakan terompet, ada pula yang mengusulkan untuk menggunakan lonceng.
Tetapi kedua usulan itupun ditolak, alasannya simpel. Dua metode itu sudah
digunakan oleh 2 agama besar yang menurut keyakinan muslim merupakan “saudara
sepupu” mereka, terompet udah dipake oleh kaum yahudi dalam peribadatan mereka,
lonceng juga sudah identik dengan umat kristiani (jadi lonceng sudah sejak dulu
dipake di gereja-gereja, kurang lebih 500 M pada saat Muhammad hidup). Kaum
muslim ga mau cara yang dipake menyerupai cara yang dipake “para sepupu”
(istilah arabnya “tasyabbuh”), maka pembahasanpun mengalami deadlock. Sampai
esok harinya dua orang sahabat Muhammad (aku lupa namanya, kalo ga salah
satunya adalah Umar bin Khottob) menemui Muhammad dan mereka bercerita kalo
pada malam hari mereka telah bermimpi ditemui Malaikat, dan malaikat itu mengajarkan
cara untuk memanggil orang sholat berjamaah 5 waktu, cara itu yang kita kenal
hari ini sebagai “Adzan”.

***

Temenku yang curhat tadi mengusulkan,
kenapa dalam satu kampung, masjid yang adzan ga satu aja?? Kan enak ga bikin berisik??? Hehehehe…

Sholat 5 waktu yang dilakukan kaum muslim
(subuh = ± 4 pagi, dhuhur = ± 12 siang,
ashar = ± 3 sore, magrib = ± 6 sore dan isya’ = ± 7 malam) dalam sekali ritual
memakan waktu lebih kurang 5-7 menit. Jadi waktunya relative singkat, bisa di
bayangkan jika tiap masjid ga “teriak-teriak” memanggil jemaatnya, akan banyak
sekali jemaat yang ketinggalan ga bisa mengikuti sholat berjamaah.

***

Berbeda dengan kekristenan yang proses
lepas dari tradisi yahudinya berlangsung secara perlahan-lahan dan bertahap
(setahu aku dimulai oleh Rasul Paulus), islam sejak awal mendefinisikan diri
berbeda dengan “para sepupunya”. Sejak awal Muhammad telah membuat suatu
perbedaan-perbedaan untuk menunjukkan eksistensi islam di kota majemuk Madinah. Hal ini bahkan
ditunjukkan sampai hal-hal terkecil. Kalo kita perhatikan para petinggi parpol
yang mengusung ideologi islam konservatif (partai keadilan sejahtera
misalnya..) para prianya sangat jamak untuk memelihara jenggot, tetapi mencukur
habis kumisnya. Kebiasaan ini merupakan anjuran dari Muhammad kepada kaum
muslim agar membedakan kaum muslim dengan orang yahudi.

Pria Muslim Pria Yahudi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

***

Setelah aku
cerita panjang lebar kayak gitu, temenku hanya bilang.. ”Owhhh...”

Note: buat
temen-temen Pengkhotbah Pasar Klewer, tolong dong buat yang tahu awal mula dipakenya
lonceng dalam gereja (katolik terutama) ceritanya gimana... enak rasanya kalo
tau banyak hal hehehehe....

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

ely's picture

Lidah tak bertulang

Banyak komentar miring terhadap adzan magrib yang setiap hari dikumandangkan... saya sendiri pernah risih waktu tinggal dikos2an yang tempatnya berdekatan dengan mesjid... Komentar yang keluar kebanyakan kira2 seperti ini "Berdoakan kok mesti pake pengeras suara, apa tuhan mereka memang tuli" Tapi setelah dilihat dari historinya ternyata bukan tuhannya yang tuli tapi manusianya yang mesti diteriakin. kembali kemasalah histori... Sedikit hal yang bisa dipetik dari kisah ini adalah ' tidak membuat sembarang statement sebelum mengerti benar akar dari masalah '
__________________

Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...