Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Anjing Blogger
PERTAMA kali memelihara anjing ketika saya bermain di pasar burung, ada anak anjing betina berbulu hitam mulus ingin dijual pemiliknya, saya gak tau jenis ras apa, bulunya hitam seperti anjing kancil dan saya kira memang anjing jenis kancil. Dan saya pun membelinya, ibu saya pun menyukainya karena lucu, tapi kakak perempuan saya yang terkenal judes justru sebaliknya, tidak menyukainya dan sering ngomel bila lagi jengkel, anjing pun jadi sasaran kemarahannya.
Seiring berlalunya waktu, anjing yang kami panggil BLEKI ini bertambah besar, ternyata bukan keturunan kancil, ada keturunan doberman sepertinya. Dan kakak perempuan saya semakin meluap kemarahannya, hingga ibu sering diomelin mulu, untuk meredakan ketegangan, anjing itu saya titipkan ke rumah seorang gembala gereja yang sudah tua, rumahnya kira-kira 3 km dari rumah kami.
Sepeninggal Bleki dari rumah, ibu kami terlihat kesepian, karena sehari-hari si Bleki memang selalu bersama beliau. Saking sedihnya ditinggal Bleki, ibu sakit, barangkali sakit kangen, karena sering menanyakan kabar Bleki di rumah barunya dan beliau ingin
melihatnya. Akhirnya saya mengambil kembali Bleki, tapi agar tidak menimbulkan kemarahan kakakku yang bawel itu, aku pulangkan Bleki
dengan cara yang tidak semata-mata kalau saya yang membawa pulang.
Depan rumah kami ada pasar yang cukup besar, di sebelahnya ada gang yang panjangnya kurang lebih 500 meter, dari ujung gang rumah kami sudah terlihat, dari situlah Bleki saya lepaskan. Dan ia pun berlari dengan cepat, aku merasakan geraknya yang bersemangat tanda ada kangen yang menggelayuti instingnya. Dari jauh saya melihat, ibu kami terkesiap kaget dan bersemangat bangkit , membukakan pintu pagar dan menyambut Bleki, keduanya saling berciuman, hangat sekali., ada airmata menetes di pipi ibu yang keriput itu. Tak berapa lama saya lihat kakak perempuanku keluar dengan muka masam, cemberut tapi mulutnya mingkem, mungkin belum ada ide buat mengomel.
Kepulangan Bleki dengan berlari pulang itu membuahkan cerita yang cukup seru, apalagi dengan bumbu yang menarik, para tetangga mengagumi "kepintaran" Bleki yang bisa pulang sendiri dari tempat
yang jauh, karena memang isyunya Bleki dibuang jauh, lebih dari 10
km jaraknya. Kakak perempuan kami pun mengomel lagi akhirnya, ibu
pun pusing juga menghadapi anak bawel itu. Tapi apa mau dibuang
lagi? Rencananya demikian, tapi ternyata ada penggemar anjing yang
mendengar cerita tentang kehebatan Bleki mencari jejak untuk
pulang, ia datang berminat membelinya, ibu saya menolaknya, karena
masih sayang. Ia memang pembeli gigih, beberapa hari kemudian
balik lagi untuk diperbolehkan membeli dengan tawaran yang lebih
tinggi. Kakak perempuan kami pun mengomel semakin rajin, akhirnya
dilepas juga Bleki dengan nilai jutaan, setelah melihat uang, ibu
ternyata enggak sedih ditinggal Bleki, entah karena uangnya atau
merasa yakin Bleki dapat majikan yang baik. Yang jelas, uang itu
diminta kakak perempuan kami, saya sepeser pun enggak dapat
bagian, tapi ibu mungkin dapat, saya tak mengurusnya walau anjing itu yang membeli saya. Tapi hati saya sedih juga, Bleki menjadi sahabatku terbaik di rumah, ia selalu menyambutku bila pulang sekolah, kini suasana rumah sepi, tak kudengar lagi gonggongan Bleki yang bergairah.
*****
Ketika saya sudah mempunyai rumah sendiri, peliharaan saya pertama kali justru ayam, dari mulai ayam jawa sampai ayam hias. Saya punya ayam dari beberapa jenis, mulai dari ayam Batik, ayam Kanada, ayam Kapas, ayam Kate, ayam Bangkok sampai ayam Walik. Saya senang mendengar suara kokok ayam di pagi hari, dari yang melengking tinggi sampai pendek,
lucu-lucu juga bentuknya. Sampai ada yang bisa menetaskan telur-telurnya,
tentunya saja ketika besar ada ayam yang saya jual atau yang disembelih
bareng-bareng satu RT ketika memperingati acara-acara tertentu. Sampai pada akhirnya bosan juga memelihara berbagai macam ayam, cape ngurusin makan dan taiknya.
Peliharaan berikutnya, saya membeli beberapa MERI, anak bebek, 4 betina 1 jantan. Saya pelihara dari kecil hingga besar dan sukses bertelur. Asyik juga memelihara bebek, walau lahan terbatas, tiap pagi saya selalu memunguti 4 telur bebek, bisa untuk lauk pauk deh. Saya pun menambah koleksi dengan 1 ekor MENTOK betina. Dasar bebek jantan, merasa paling jantan, sang Mentok pun dikawinin dengan nekat sampai bertelur. Beda dengan bebek yang tidak bisa mengerami telurnya, si Mentok itu mampu
mengerami dan menetaskan telur-telurnya. Akhirnya, menetaslah 4
telur yang dieraminya di atas pasir yang berada di bawah bangku
samping jendela kamar. Persilangan anak Mentok dan Bebek melahirkan anak-anak yang cantik dan lebih besar dari induknya, biasa disebut BRANTI.
Ketika kebosanan melanda, semua Bebek dan Mentok itu saya jual sangat murah kepada seorang tukang sapu yang bekerja di sebuah pabrik tekstil, maksud saya biar dia dapat penghasilan tambahan. Kalau saya berikan gratis, kuatirnya dia kurang bertanggungjawab untuk menambah kebutuhan rumahtangganya dan saya pesan jangan dijual, kalau dijual lagi saya tidak menjual kepadanya. Dengan dia mengeluarkan sedikit uang saya berharap dia giat memelihara untuk mendapatkan hasil lebih banyak dari uang yang sudah dikeluarkannya itu. Dan saya lihat dia cukup baik dalam memeliharanya, embah putrinya yang sering memberikan makan bebek-bebek itu pun semakin bersemangat, apalagi tiap pagi dapat telur-telur yang bisa ditukarkan beras untuk makan sehari. Saya tahu itu semua karena memang memantaunya.
*****
Pada suatu hari saya bermain di rumah teman yang mempunyai percetakan buku, setelah ngobrol panjang lebar saya menanyakan
suara anjing yang dari tadi menggonggong penuh ratap itu, ia pun menceritakannya dan ujungnya memberikan anjing itu kepada saya.
Anjing betina itu pun saya bawa pulang, kurus dan tidak terawat,
kami beri nama MOPI. Anjing ini mungkin keturunan Kikik, saya
kurang tahu pasti, karena memang tak pernah mempelajarinya dengan
baik soal anjing. Beberapa tahun kemudian, Mopi kami beri teman, seekor
pejantan yang saya beli dari pasang burung juga, anjing ras yang warna bulunya hitam semburat coklat, entah jenis apalagi ini, kurang tau, karena penjualnya juga tidak memberikan jawaban yang meyakinkan. Anjing itu saya beri nama BRONA, tidak ada artinya, cuma berdasar bulunya yang mengandung warna BROWN.
Beberapa tahun selanjutnya, saya diberi anjing oleh seorang teman, anjing kampung, warnanya putih ada belang-belang coklatnya. Walau kecil tapi soal makan paling rakus, begitulah anjing kampung itu, terkenal rakus dalam soal makan. Memang anjing kampung sering diibaratkan kayak LALAKI lho, tapi tentu tidak semua lelaki kok. Waktu itu umurnya baru sebulan, kami beri nama MOLI panggilan sayangnya MOI. Walau dari kampung, ia sangat cantik, pandangannya sayu , jadi nggak tega kalau ingin memarahinya. Beda banget dengan Brona, bandel, nakal, suka kencing sembarangan, kalo MOPI sama MOLI bila kencing atau beol pasti di halaman tanah. Brona asal kebelet aja crut di sembarang tempat, memenag begitulah nature anjing jantan itu, menandai wilayah kekuasaannya, paling-paling ya saya gebukin sampai terkaing-kaing sembunyi dikolong meja. Akhirnya pada tahu kalo buang hajat itu harus keluar, maklum saya tidak menyempatkan diri untuk melatih anjing, jadi dengan pentungan saja saya melakukan tindak kekerasan untuk menakuti para anjing itu. Memang kadang ingat kadang lupa, maklum anjing hanya punya naluri bukan hati nurani.
Memang dalam memelihara anjing, saya mengingat jurusnya tuh mudah yaitu :
1. Sayang.
2. Menyayangi.
3. Sayangilah.
4. Disayang.
5. Sayangi sampai mati.
Begitulah rumus utamanya, berikutnya tentang memahami perilakunya,
mengajari secara konsisten, menciptakan aturan-aturan, meluangkan
waktu bersama, memberi pujian dan hadiah dan lain-lainnya adalah
urutan berikutnya. Tapi semua itu tidak saya jalankan, maklum saya
memelihara anjing cuma sebagai pengganti bel rumah, kalau anjing
menggonggong pasti ada yang lewat, entah tamu, entah kucing, entah
roh halus, yang jelas anjing-anjing itu menjadi penjaga rumah
kami.
MOLI semakin bertambah gede, semakin cantik, suaranya lemah lembut tidak segarang Brona atau secerewet Mopi. Setelah Brona gagal merayu Mopi untuk diajak ML, akhirnya Moli jadi sasaran Brona berikutnya. Begitu MENS pertama terjadi, Brona langsung melancarkan rayuannya, nempel terus kayak perangko. Menurut informasi, keperawanan Moli diembat Brona di bawah pohon srikaya samping rumah. Brona memang pejantan tangguh, entah berapa kali Moli kena jurus Dogystylenya Brona, akhirnya ia hamil tanpa sempat ke penghulu atau pendeta dulu. Untuk menutupi aib ini,
kami diam saja, jangan sampai ada tetangga tahu, perasaan nggak enak, kalau ada yang tahu bahwa pengikut Kristus kok punya anggota keluarga melakukan seks bebas di rumah sendiri dan diamini saja. Biarlah semua berjalan dengan perikebinatangan saja, mereka toh tidak tahu ayat tentang perikebinatangan itu.
Beberapa bulan kemudian, Moi melahirkan tanpa pertolongan suster atau dokter, di atas kasur tempat kami tidur lahir satu baby dog berwarna hitam, saya langsung memukulnya turun dari kasur tanpa tahu bahwa dia melahirkan. Begitu terdengar suara "nguik-nguik" barulah kami tahu kalau dia melahirkan. Seterusnya dia melahirkan 5 anak lagi di kolong meja kerja, jadi anaknya berjumlah 6, 2 berwarna hitam mulus dengan kaki putih seperti
memakai kaus kaki, yang dua coklat kopi susu, yang dua lagi hitam dengan kaus kaki coklat, 3 jantan 3 betina. Tiga pasang anak yang cantik dan tampan serta lucu-lucu, si Moli jadi sensitif bila didekati Mopi atau Brona tuh.
Betapa bahagianya nenek mempunyai 6 cucu yang sehat-sehat , tapi ia kebingungan memberikan nama buat cucu-cucunya itu. Tatkala saya on line di SABDA Space, beliau melihat banyak nama-nama blogger yang menginspirasinya untuk dijadikan nama-nama cucunya, ia pun ikutan on line dan saya mengalah untuk memberikan waktu nenek membaca, dan beliau tampak asyik sekali menikmatinya, hingga berjam-jam, sambil mencatat, entah apa yang dicatatnya.
Keesokan paginya, saya terkaget mendengar suara nenek memanggil-manggil nama yang tak asing lagi. Ya, nama-nama blogger SABDA Space dipanggilnya begitu hangat dan mesra, 3 bloggerwati dan 3 bloggerwan. Ah beruntungnya nama-nama mereka itu dipakai nenek untuk diabadikan sebagai nama-nama cucunya yang cakep-cakep itu. Saya cuma bisa tersenyum kecut, tak berani memprotes pada keputusan nenek moyang kami itu, biarlah di usia senjanya beliau mempunyai kehendak bebas untuk memberi nama cucu-cucunya dengan senang. Ke enam bloggerwan bloggerwati yang beruntung itu adalah,
Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
- Tante Paku's blog
- Login to post comments
- 26919 reads
tante,
diriku penasaran, sapa se nama ke 6 bloggers yang beruntung itu? ;)
Tante, nama bloggernya...?
Sapa saja namanya....? Fu Fu Fu...
TP
TP emang paling bisaa deh. Blog2nya selalu menyegarkan dan bikin gw senyum hihi
"Literary interpretation is in the eye of the beholder."
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
Keenam bloger itu adalah :
Keenam boger itu adalah ;
1 si Bleki
2 si Mopi
3 si brona
4 si Moi
5 si moli
6. si brown
He he he.
Salam
Ikutan nebak...
1. Hai Hai
2. De De
3. Kiem Kiem
4. Min Min
5. Ken Ken
6. I-ik
Disensor.
dReamZ, minmerry, Hannah, rogermixtin 09 and Andy Ryanto. Setelah kubaca ulang lagi blogku ini, nama-nama blogger yang beruntung itu rupanya disensor, mungkin dikuatirkan bisa berdampak sistemik.
Mohon jangan ditafsirkan dengan jurus 1001 tafsir anjing, takutnya ada yang terkaing-kaing.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
tante, nebak2 jg a
oh kirain mang tante sengaja ga disebutin nama na sapa aja..
mm ikutan nebak2 a,,, hai hai masuk ya..hihi abiz cute se nama na..walu ga ngerti artina apa ^^
PM
PM aje...
"Literary interpretation is in the eye of the beholder."
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
Bila bangsawan memaki
ia melakukannya dengan bahasa yang halus dalam sebuah analogi yang menarik. Bagai pemain sepakbola yang santun ia menggiring bola ke depan gawang musuh lalu menunggu sekutunya menendang.
Bisa jadi blog ini juga untuk menggoda peserta Kopdarnas mampir ke rumah untuk melihat piaraan TP. Siapa tahu ada yang ingin mengadopsinya untuk bisa memaki-makinya sepuas hati di rumah sendiri sehingga tidak perlu duel berdarah-darah dengan yang empunya nama di situs ini.
Indra ke 6.
Rupanya pak Purnomo melihat yang tidak terlihat oleh yang lain. Indra ke 6 anda memang tajam pak Pur.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat