Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Anak Allah

marchi kuncoro's picture
Yesus Anak Allah
            Istilah Anak Allah merupakan salah satu bagian penting dalam Kristologi, meskipun bagi orang Kristen sekarang ini istilah ini sedikit sekali dipahami artinya. Bagi jemaat purba istilah ini sebenarnya sudah tidak diragukan penggunaannya. Injil Markus mulai dengan pernyataan, “Inilah permulaan tentang Yesus, Anak Allah” (Mark 1:1). Bahkan Paulus mendasarkan teologinya kepada Yesus yang disapa Anak Allah itu (Roma 1:4; Gal 2:20; Ef 4:13), namun dari berbagai gelar yang dipandang dari sisi historis, perlu diingat bahwa tidak ada satupun gelar yang mencakup pengertian yang sempurna dari arti pribadi dan pekerjaan Yesus. Namun dengan adanya gelar yang historis ini, sesungguhnya memberikan makna bahwa Yesus dikenal sebagai pribadi yang unik berbeda dengan orang lain. Menurut pandangan dari beberapa pakar, pengertian dari gelar ini jika didekati dengan pandangan dogmatis kurang bisa diterima.T.Sutarman mengatakan, prinsip pokok perkembangan Kristologi dalam Perjanjian Baru adalah rahasia pribadi Yesus yang dinyatakan melalui karya-karya perbuatan-Nya dihadapan orang percaya.[42] Sehingga jika dikatakan gelar ini telah ditentukan oleh Allah dan diwahyukan kepada penulis Perjanjian Baru, maka akan bertabrakan dengan pendekatan terhadap Yesus yang historis.
 
1. Latar Belakang Sapaan Anak Allah
            Sapaan Anak Allah merupakan ungkapan mesianis yang paling penting dalam studi pernyataan diri Yesus sebagai bagian dari Trinitas. Namun sangat perlu untuk menyelidiki dengan teliti penggunaan sapaan yang begitu mulia ini dari fakta historis dalam kebudayaan Yahudi. Dilihat dari gagasan tentang penggunaan gelar ini dalam Perjanjian Lama, gelar ini bisa terdapat dalam cara yang bervariasi
a.        Anak Allah dalam Yudaisme
            Pemikiran Yahudi tentang anak Allah dapat mengacu pada beberapa pengertian: setiap orang Israel; kepada seorang Yahudi yang baik atau suci; sampai kepada Raja Israel secara khusus keturunan Daud.  Hal ini membuat gelar anak Allah senantiasa dipahami sebagai istilah yang bervariasi yang senantiasa dipahami sebagai kiasan didalam lingkup Yahudi.  Sehingga dalam tulisan-tulisan Yahudi  pemakaian gelar ini tidak dapat diartikan bahwa orang yang menyandangnya adalah bagian dari Allah.[43]  Berikut adalah beberapa gambaran tentang anak Allah
i. Penggambaran Adam atau manusia sebagai Anak Allah
           Ciptaan Allah bisa dikatakan Anak Allah dalam pengertian asal usulnya, karena ciptaan itu ada sebagai akibat langsung dari kegiatan penciptaan Allah [44]. Enos anak Set, dan Set anak Adam memiliki pengertian yang sama dengan Adam adalah anak Allah (luk.3:38).  Dalam Perjanjian Lama, Allah sendiri sering menyatakan bahwa Israel adalah anak sulungNya.[45] Dalam masa penciptaan, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (kej. 1:26).  Sehingga dalam kelahiran Yesus yang langsung melalui pekerjaan Roh Kudus lebih dekat dalam pengertian Perjanjian Lama tentang gagasan Adam sebagai Anak Allah.  Namun diluar gagasan itu, terdapat pula pemikiran tentang teologi kebapaan yang universal,[46]  yang menyatakan bahwa semua manusia adalah ciptaan Allah yang Esa, sehingga semua manusia adalah bersaudara karena semua adalah keturunan Allah. Dalam gagasan ini kedudukan manusia adalah kebenaran universal yang dimiliki oleh semua orang secara alami, dan karena manusia pada hakekatnya adalah anak-anak Allah, maka kenyataan ini harus menjadi pengarah prilaku mereka terhadap Allah dan hubungan mereka dengan sesama manusia.[47]
ii. Penggambaran hubungan Allah dengan Manusia (Moral religius)
            Dalam hal hubungan Allah dengan manusia istilah anak Allah dipakai untuk menggambarkan objek dari kasih Allah yang khusus.  Keterangan perjanjian lama menjelaskan tentang kekhususan bangsa Israel dihadapan Allah (kel.4:22-23).  Namun hal ini bukan hanya berlaku bagi bangsa Israel tetapi manusia pada umumnya. Demikianlah dalam Perjanjian Baru, arti istilah anak Allah diterapkan pada orang percaya karena kelahiran baru. Sehingga diberi kuasa Anak Allah (yoh 1: 12).  Bisa dikatakan Allah sebagai Bapa sedang mencari orang-orang yang berdosa untuk menyerahkan diri mereka kepada pemerintahanNya supaya mereka menjadi Bapa mereka.  Demikianlah hubungan Allah sebagai Bapa dan manusia ini dianggap menjadi penggenapan eskatologi.[48]   Bila dilihat dari pemakaian istilah anak Allah oleh gereja masa kini berkembang dari penggambaran ini, karena setiap orang yang percaya kepada Yesus dikatakan menjadi anggota kerajaan Allah dan memiliki status Anak Allah.
iii. Penggambaran Raja keturunan Daud sebagai Anak Allah
                Perjanjian Lama memberikan suatu penggambaran tentang Anak Allah yang mesianis dengan menyelusuri janji Allah kepada Daud mengenai keturunannya. William Barclay mengatakan
             “ If the nation as whole was the Son of God, than it was natural to speak of the             thing of the nation on as being God’s Son in a special sense in Psalm 89,27. we read: I will maka him the (     ) Firstborn. It was God’s promise in regard to          Solomon: ‘ I’ll be his father, and He shall be my son’ (II sam.7:14.). In a special            sense God’s chosen King of God’s Chosen people was God’s son”.[49]
 
            Jika seluruh rakyat adalah Anak Allah, wajar bila dikatakan bahwa Raja dari bangsa itu adalah Anak Allah dalam arti yang lebih khusus. Dalam Mzm 89:28, mengatakan : “ Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu” (II sam 7:14. Dalam arti khusus Raja dari umat pilihan Allah adalah Anak Allah.  Keturunan Daud menunjuk pada keturunan yang lebih agung yang akan menjadi raja kemudian. Perjanjian Lama memberikan suatu gagasan tentang Raja yang diurapi, dimana Raja yang diurapi berdasarkan jabatannya itu disebut Anak Allah. Dalam sumber-sumber Yunani juga ada gagasan mengenai istilah Anak Allah. [50]  Sehingga didapati beberapa dari para ahli tertarik untuk meneliti penggunaan istilah anak Allah dengan menggunakan sumber-sumber Yunani, dengan pemikiran bahwa gelar ini diambil dari gagasan Yunani yaitu mengenai orang-orang ilahi, seperti dalam konsep raja-raja yang ilahi (theoioi Andres).[51] Namun tidak bisa dibuktikan gelar ini diambil dari gagasan Yunani, karena dari segi latar belakang Yahudi Yesus bisa dikatakan konsep “Theoioi Andres” ini berbeda dengan pemikiran Yesus bahkan murid-muridnya.
b. Penggunaan gelar Anak Allah bagi Yesus
            Penggunaan gelar Anak Allah bagi Yesus menunjuk pada seluruh karya Yesus bersama BapaNya.  Dari semula dikatakan bahwa Allah tidak sedirian menciptakan alam ini, namun bersama Allah Roh Kudus dan Anak Allah Yoh 1:3 mendukukung gagasan ini, bahwa Yesus turut terlibat dalam pekerjaan penciptaan. Bisa dikatakan bahwa Yesus sesuai dengan karyaNya adalah kekal adanya, sehingga menunjukan diriNya sebagai bagian dalam kodrat ilahi sebelum injil mencatatnya. Perjanjian Lama juga memberikan kesaksian mengenai keberadaanNya yang kekal (Mikah 5:1, Yes,9:5). Pembuktian ini menguatkan beberapa prinsip dalam Perjanjian Baru pertama, Yesus memiliki hubungan yang istimewa dengan Allah Yohanes 10:30 “ Aku dan Bapa adalah satu”, Yohanes 8:38 “Bapa didalam dan Aku didalam Bapa”,Yohanes 14:9 “ Barangsiapa melihat Aku ia telah melihat Bapa”. Sehingga hubungan yang istimewa ini bisa membawa suatu pemikiran bahwa Yesus adalah satu dengan Bapa, karena sebagai pribadi yang satu dengan Allah, Ia dapat menyatakan diri Allah dengan jelas kepada manusia. Menurut Hunter Gelar ini menunjukan adanya hubungan Yesus dengan Bapa yang tidak terlihat itu, yang menunjuk kepada rahasia terdalam dari eksistensinya.[52]   Kedua, Allah ingin memperbaiki hubungan dengan manusia, sehingga Allah perluh untuk menyatakan diri kepada manusia. Prinsip dari puncak penyataan itu ada di dalam diri Yesus (Ibrani 1:1-4), karena itulah Yesus selalu menempatkan diriNya sebagai jalan untuk mengenal Bapa, Yesus memiliki kemampuan untuk menyatakan Allah kepada manusia dan membawa manusia kepada Allah. Roy Eckardt dalam bukunya For Righteouness sake menentang perinsip ini :         Proses pembentukan pengertian dan sikap mental keagaman kita(termasuk khususnya kekuasaan Helenisme yang lama bertahan, bahkan sampai pada akhir abad ke-20 ini), hamper tidak dapat ditolak lagi membentuk anggapan pada waktu penulis-penulis kitab injil menyebut Yesus sebagai Anak Allah mereka mestilah menjadikanNya sungguh-sungguh setara dengan Allah – seolah-olah Ia memiliki atau menyatakan diri memiliki keanakan ilahi (keilahian atau keallahan). Kendatipun demikian, morfologi dari gelar itu, yang terdapat dalam catatan paling awali dari Perjanjian Baru, didalam perkembangannya yang berlangsung di dalam perkembangannya yang berlangsung di dalam sejarahnya, mengharuskan kita menerima suatu pandangan yang sama sekali bertolak belakang. Pandangan yang berlawanan ini perlu dihadapkan pada segala sesuatu yang kita ketahui tentang keyakinan dan prilaku Yesus sendiri, pada “kesadaranNya yang khas sebagai anak”. Persisnya karena, didalam suatu cara yang istimewa akrab. Ia menerima dan menyembah Allah sebagai sungguh-sungguh BapaNya sendiri … kesadaranNya tentang diriNya sebagai anak dengan demikian di perdalam. Kenyataan ini tadak memungkinkan diterima pandangan bahwa dengan Ia memanggil Allah sebagai BapaNya sendiri”, maka Yesus membuat diriNya sendiri” setara dengan Allah ( Yoh 1:18). Sebaliknya, kebapaan Allah harus diartikan bahwa Yesus tidak setera dengan Bapa sebab Ia bukanlah sang Bapa … Dengan demikian, Yesus dapat bertanya dengan sederhana, “ mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja (Luk 18:19).[53]
                                                              
Kutipan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa Yesus menolak  bahwa diriNya setara dengan Allah, dengan mendukung monoteisme Yahudi, memberikan perbandingan moral antara diriNya dengan Allah. Namun pokok utama yang menjadi maksud kristus bahwa Ia bukanlah allah kedua atau allah tandingan, melainkan Ia satu dengan Allah, sedangkan perbedaan antara pribadi Yesus dan pribadi Bapa termasuk dalam keilahian Allah.
2. Anak Allah menurut Injil Sinoptis
            Memang perluh untuk mengetahui arti khusus dari kebapaan Allah yang secara langsung membawa pengertian bahwa Yesus adalah Anak, Karena dalam injil Yesus selalu berbicara mengenai Allah Allah sebagai Bapa. Yesus sangat menyadari keadaan yang dimana Dia ada dan memanggil Allah sebagai Abba, dimana hal ini membuat suatu kesan yang luar biasa dalam lingukngan yang berlatar belakang transendenrialisme Yahudi. Bertolak dari latar belakang penggunaan istilah anak Allah seperti yang dibahas sebelumnya, perlu untuk mengetahui Yesus menganggap Allah sebagai BapaNya dengan arti yang sama dengan penggunaan istilah umum yang digunakan untuk setiap anak umat Israel. Karena seperti yang sudah dibahas sebelumnya, istilah anak Allah ini bisa digunakan setiap orang dengan pengertian bahwa Allah adalah semua Bapa. Memang Yesus memiliki hubungan yang unuk dengan Bapa, namun Ia juga mengatakan bahwa orang-orang bisa memiliki hubungan dengan Bapa melalui proses tertentu (Mat 5:45). Hanya tetap tidak bisa disamakan dengan Yesus, karena Yesus tidak melewati proses apapun. Sehingga hubungan antara Bapa dan Yesus dan Bapa dengan Murid-murid atau orang lain tidak bisa disejajarkan, sesuai dengan keunikan hubungan Yesus dengan Allah.Untuk mencari makna dari penggunaan istilah ini dalam injil, perluh untuk melalui suatu penyelidikan penafsiran dari perikop-perikop tertentu.
a. Kelahiran ( Matius 1:18-25; Lukas 1:26-36).
            Malaikat Gabriel membawa pesan dari Allah kepada Maria bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Namun respon Maria jelas bahwa awalnya ia tidak mampu memahami konsep anak diluar kerangka biologis (Lukas 1:34).
Hal ini membuat Gabriel segera mengkoresi konsep anak yang bercirikan sentuhan sex dibenak maria (ay 35). Istilah ini ditekankan Gabriel sampai dua kali kepada maria (ay 32,35), sampai ia Tanya dapat memahami dan menerima konsepsi (pembuahan) Anak untuk dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus. Sehingga terjadilah mujizat yang terbesar dalam sejarah manusia, dimana terjadi inkarnasi Allah.[54] Proses ini bukanlah sebagai pengungkapan perbedaan antara Allah Putra dan manusia Yesus, sehingga memperlihatkan gerak Allah menuju manusia, dengan penjelmaan Anak Allah menjadi manusia Yesus.[55] Namun ini adalah wujud hubungan Allah Bapa dan Anak sejak kekekalan menjadi ciri hakikat dari keilahian.
b. Pembaptisan (Mark 1:9-11;Mat 13-17;Luk 3:21-22)
            Yesus mengawali pelayananNya dengan dinyatakan sebagai Anak Allah oleh suara dari surga pada peristiwa pembaptisan. Dalam peristiwa ini juga penafsiran kristologi Adoptionis muncul, dengan menyatakan moment tersebut adalah moment dimana Yesus yang manusia biasa di angkat menjadi Anak Allah. Alasan sebenarnya mengapa Yesus dibaptis adalah, bahwa Ia sementara menggenapi seluruh kehendak Allah (Mat 3:15). Ia harus menyerahkan diriNya untukmenerima baptisan seperti itu, meskipun Ia tidak perluh bertobat seperti layaknya orang lain namun dengan dibaptisnya Yesus, Ia secara sukarela menyamakan diriNya dengan manusia berdosa ( 1:21;26:28). Dalan proses pembaptisan ditafsirkan bahwa hanya Yesus sendiri yang meluhat Roh turun keatasnya dan mendengar suara dari sorga.[56] Dikatakan bahwa seandainya Yohanes mendengar suara dari sorga, maka aneh jadinya bahwa pertanyaannya dalam pasal 11:2-3 tidak berisi tanda-tanda tentang hal ini.[57] Yang dimaksudkan penafsir ini, hanya yang berhakekat adikodrati yang bisa mendengar suara tersebut, sehingga pada ayat selanjutnya iblis mencobai Yesus dengan memakai istilah ini.
c. Pencobaan (Mat 4:1-11;Mrk 10:12-13;Luk 4:1-13)
            Seperti sudah dibahas sebelumnya “bahwa iblis sebagai makhluk adikodrati mengetahui Anak Yesus adalah Anak Allah. Ini adalah latar belakang dari perkataan iblis. “Kalau Engkau Anak Allah, sehingga cobaan” dari iblis berdasarkan posisiNya sebagai Anak Allah. Tentang peristiwa ini Barclay mengatakan: “The very form of the tempter’s aftack invites jesus to have doubts about his own sonship. If yiu are the son of God: It’s as if the tempter said to him: Are you sure that that the whole thing is nit a delusion ? are you sue that you are not only imagining you are God’s son ? The sure wou to paralyse a man’s actions is to make him doubt his destiny. If at that moment jesus alowed a doubt to creep line a canker into his mind, he could not have gone on”.terjemahan: Bentuk dari cobaan itu sendiri menyerang dengan memancing Yesus untuk beroleh keraguan atas keberadaannya sebagai Anak Allah.” Jika Engkau Anak Allah”. Sama dengan mencobanya dengan mengatakan: Yakinkah Engkau Semua ini bukanlah khayalan? Apakah kau yakin kau tidak hanya berimajinasi sebagai anak Allah? Jalan untuk mematahkan perjuangan seseorang adalah dengan membuatnya ragu akan nasibnya. Apabila saat itu Yesus mengikuti keraguan yang membuatnya tidak berguna, Dia tidak bisa meneruskan perjuanganNya.[58] Maksud dari pencobaan itu agar Yesus mengingkari diriNya sebagai Anak Allah, dan dengan demikian dia bisa menghancurkan Yesus. Saat mendekati Yesus pencoba ini mendorong Yesus untuk memberi perhatian pada diri sendiri diatas kesetiaan kepada Allah, Pertama: ia mengoda Yesus agar menghilangkan rasa laparNya, sehingga Yesus berubah keadaan yang telah ditetapkan bagiNya. Kedua, ia menyuruh Yesus untuk menjatuhkan diriNya dari bait Allah. Dengan demikian Yesus membuat diriNya bersalah dengan memaksa Allah untuk mempertahankan keberadaanNya sebagai manusia agar lepas dari kebiasaan. Ketiga, pencoba ini menyuruh agar Yesus menempatkan nafsu menguasai dunia diatas ketaatan kepada Allah. Namun ternyata sang Anak Allah ini memiliki kesetiaan yang sempurna disamping kepatuhanNya kepada Allah dengnan mengalahkan setiap godaan setan.
d. Kesadaran Yesus (Mat 11-25-27;Luk 10-21-22)
            Perikop ini sering dikatakan penghubung yang paling penting antara kitab “ Injil Sinoptis dan Injil Yohanes dalam penyajian mengenai Yesus”.[59] Perikop ini sangat menarik perhatian para ahli kristologi, karena diperkirakan bahwa peristiwa atau ide supranatural yang berbau “theologies” (M.Dibelius, from fredition f??????, secara luar dianut dalam teologi jerman sebagai hasil akhir dari kekristenan Helenistik (W. Bousset, Kynos Christos), namun sifat semetinya ditemukan sesuai dengan lingkungan Yahudi (J.Jeremias, The Prayer of Jesus), dan dengan berdasarkan bentuk atau bahasanya yang bersifat helenistik dalam pengertian yang dapat dipahami pernyataan, ini tidak bisa ditolak (W.L. Knox. Some Hellenistis Ei ements in Piloutions Chrismaity).[60] Dalam perikop ini terdapat penggabungan antara doa Yesus dengan pernyataan Allah. Jelas doa ini dituliskan kepada bapa, dengan penyebutan gelar bapa ini sebanyak dua kali yang mendukung hal penyataan Allah kepada Yesus. Dalam proses penyataan tersirat bahwa posisi Anak menciptakan peron yang penting (Mat 11:27), sehingga apa yang tercatat sebelumnya (ay 25.26) menunjuk pada inti peran dari Anak Allah tersebut. Isi ayat sebelumnya yang memberikan perbandingan orang kecil, bijak dan pandai tidak bisa dikatakan sebagai hasil dari kekristenan helenistik, karena dalam naskah laut mati bisa juga ditemukan gagasan ini.[61] Sehingga inti yang diperoleh dari perikop ini adalah keberadaan Yesus akan hubunganNya yang unik dengan bapa, bahwa Allah menyerahkan Misi Mesianik kepadaNya untuk membawa pengetahuan tentang Allah melalui penyataanNya didalam anak terjadi sebelum kemesiasan, dan menjadi dasar misi mesianis, sesuai dengan hubungan yang eksklusif antara Allah dan Yesus.
e. Pertentangan dengan orang Farisi (Mrk 12:1-12;Mat 21:33-43; Luk 20:9-19)
            Terdapat dua perikop yang menunjukan suatu pertentangan antara Yesus dengan orang Farisi, sesuai dengan keberadaanNya sebagai Anak Allah. Pertama, perumpamaan tentang kebun anggur. Dan yang Kedua, pada perdebatan mengenai mesias adalah anak Daud. Yang menjadi pokok pembahasan bagian ini mengenai perumpamaan mengenai kebun anggur (Masalah Mesias adalah Anak Daud akan dibahas pada bagian Anak Daud). Dalam perumpamaan ini ditekankan bahwa utusan-utusan yang dikirim sebelumnya tidak berhasil, sehingga posisi Anak sekali lagi ditekankan menjadi alasan misi mesias. Ladd mengatakan: “Keadaan sebagai anak terlihat sebagai kualifikasi yang mutlak perlu”.[62] Karena Anak adalah ahli waris yang sah dari kebun anggur itu dan diutus untuk memasuki warisannya. Namun respon dari para penggarap dikatakan negatif. Keadaan ini menggambarkan apa yang akan dialami Yesus dan apa yang menjadi respon pemimpin-pemimpin agama terhadap kehadiran Yesus. Para pendengar bisa dikatakan cukup dalam menerima perumpamaan ini, karena gambaran tentang kebun anggur itu cukup terkenal sebagai perumpamaan tentang bangsa Israel (Yes 5:1-7).
f. Saat-saat akhir kehidupanNya
            Saat-saat akhir hidup Yesus memang diwarnai dengan berbagai pertentangan pendapat. Situasi yang penuh dengan ketegangan ini mulai memuncak saat berbagai tuduhan di lontarkan kepadaNya dihadapan sanhendrin. Yesus pun akhirnya di jebak dengan pertanyaan secara langsung “Apakah Engkau Mesias, Anak Allah atau tidak”. Istilah Anak Allah yang dilontarkan oleh kayafas tidak jelas maksud atau arti dan maknanya, apakah menunjuk pada daftar mesias ataukah pada arti yang lain. Yang menjadi permasalahan adalah jawaban dari Yesus atas pertanyaan itu, menurut beberapa factor Perjanjian Baru klaim terhadap kemesiasan tidaklah dapat diberi tuntutan hukuman mati. Klaim yang seperti itu tidak pernah disebut sebagai hujat.[63]  Sedangkan inti dari maksud pernyataan Yesus yang ditangkap oleh para Mahkama Agama, adalah dia akan mengenal posisi Allah dalam penghakiman nanti untuk menghakimi mereka. Itulah yang klaim sebagai hujatan oleh Imam Besar bahwa Yesus menyatakan dari sebagai Allah.
3. Penjelasan makna dan implikasi istilah Anak Allah
            Berdasarkan apa yang telah digali sebelumnya, bisa diambil suatu kesimpulan gelar Anak Allah tahu, adanya implikasi yang menunjuk pada hubungan yang khas antara Yesus dengan Allah Bapa. Hubungan yang begitu unik namun tidak bisa disamakan antara dua posisi ini, karena sang Anak tetaplah anak yang menunjukan ketaatan yang sempurna kepada Bapa. Dalam ketaatan san Anak inilah bisa terlihat kemurnian dari kehidupan yang suci tanpa dosa, yang memberi teladan bagi kehidupan manusia yang percaya padanya. Dikatakan Yesus Anak Allah, bukanlah dimulai sejak pembaptisanNya atau kebangkitanNya, melainkan Yesus adalah Anak Allah dalam kekekalan. Hubungan ini adalah hubungan keilahian yang menyangkut kepercayaan, pengutusan dan ketaatan.
4. Kesalahan penafsiran tentang Anak Allah.
            Dalam berkristologi ada kecendrungan dimana manusia membatasi atau mempersempit rahasia agung Penjelmaan. Yang seakan-akan telah mengerti pasti siapa Allah dan siapa Yesus itu. Sehingga dalam menerangkan rahasia inkarnasi dengan nalar manusia menghasilkan suatu kesimpulan yang salah dan bisa dibilang sesat. Berikut adalah tiga ajaran sesat yang tercatat mulai pada abad-abad pertama.
A. Arianisme.
            Diajarkan oleh Uskup Arius seorang tua-tua di Aleksandria. Tentang Kristus yang dikatakan lebih tinggi kedudukanNya dari pada manusia tetapi tidak setara dengan Allah. Karena Sang Anak Allah makhluk kekal.[64] Menurut pemahamannya Yesus hanyalah ciptaan, meskipun dalam ukuran manusia Dia adalah ciptaan yang paling agung. Hal ini kemungkinan disebabkan karena Arius telah memiliki gambaran tentang Allah sehingga saat dia membandingkannya dengan Yesus maka dia tidak bisa menerima Yesus sebagai Allah.
B. Nestorianisme.
            Paham yang mengajarkan bahwa ada dua pribadi yang terpisah dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Yang satu bersifat manusiawi dan yang lain bersifat ilahi.[65] Teori ini dikemukakan oleh uskup Nestorius saat dia mencoba untuk mencocokkan gambaran manusia tentang Allah yang sebenarnya didalam dari Yesus Kristus.
C. Eutychianisme.
            Aliran ini biasa disebut monofisitisme, pencetusnya adalah Eutyches seorang arkhiamandrit yang menolak ajaran Nestorius dengan mengatakan bahwa Yesus hanya memiliki satu kodrat saya, yaitu kodrat ilahi.[66] Oleh karena pemahaman mereka yang sempit ini sehingga tingkah laku manusia yang merupakan bagian dari kodrat manusia yang dimiliki Yesus bukanlah manusia yang sebenarnya melainkan Allah yang berbuat seolah-olah Ia manusia dibumi ini.
 
(Bahan diambil dari skripsi “makna dan implikasi gelar-gelar Yesus dalam injil sinoptis” oleh Marchi Kuncoro; Tomohon 2004)


 



                [42] T.Sutarman. Makalah dalam simposium Kristologi. (Surabaya : PASTI), Hal. 34.
                [43] Geza Vermes. “Jewish studies and New Testamen Impertation (Journal of Jewish studies).
                [44] George Eldon Ladd, Teologi PL I. (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1999) Hal 211.
                [45] Lih. Keluaran 4 :22 ibid. hal 211.
                [46] Ibid. hal 211.
                [47] Ibid. hal 212.
                [48] Ibid. hal 110.
                [49] William Barclay ‘Jesus as they Saw Him. (Grand Rapids :Michigan 1980) hal 47.
                [50] Donald Guthrie ,Teol PB . (Jakarta : BPK Gunung Mulia ) hal 340.
                [51] Ibid. hal 341
                [52] A.M Hunter, Memperkenalkan Teologi PB (Jakarta BPK Gm) hal.89.
                [53] A.Roy Eckard. For Righteousness Sake, (Michiga: GrandRapids) hal 58
                [54] Istilah teologis untuk masuknya kelahiran dalam wujud dan kehidupan kemanusiaan.
                [55] Nico Syukur, Kristologi (Yogyakarta : Kanisius)                     
                [56] Lih.Kingsbary, Injil Matius sebagai cerita (Jakarta : BPK GM). Hal.69
                [57] Ibid…
                [58] William Barclay. Jesus as they ??? Him (Michigan : Grand Rapeds ) hal. 49
                60 D.Guthrie Teologi PB (Jakarta : BPK) hal. 344
                [60] Seperti dikutip dalam. George Eldon Ladd, Teologi PBI (Bandung : Yayasan Kalam Hidup) hal.       219.
                62 Opcit hal 345.
                63 George eldon ladd. Teologi PB I.
                [63] Ibid. bnd G. Palman. The word of Jesush. Hal 313
                [64] M.E Manton. Kamus istilah teologi (Malang : Gandum Mas) hal. 15
                [65] Ibid. hal 102
                [66] Nico Syukur. Kristologi (Yogya : Kanisius, 1986) hal 250
__________________

marchi@gsjacc.org