Agus, si Wajah Tato

Banyak orang sering berkata tentang pelayanan kami bahwa Rumah Singgah Adulam -Rumah Perlindungan Sosial 24 jam bagi anak bermasalah– sebagai tempat berkumpulnya para mahluk aneh. Para species yang hampir punah. Kaum gerombolan, anak Geng atau apalah. Hmm, bagi saya agak mending lah dari pada dibilang sekte aliran sesat/setan. Bisa bisa digerduk masa dan SatPol PP kayak kasus Ria Eden. Masa bodoh ah, Kafilah Menggonggong Anjing Berjalan terus. (Kayaknya kutipan nya kebalik kalee)

Tapi setelah dilihat, diraba maupun diterawang, anggapan para musuh maupun sahabat itu ada benarnya juga sih. Bagaimana tidak, memang mulai dari pembina maupun anak binaan punya segudang penampilan yang aneh. Ada yang rambut gimbal(rambut yang dipilin pilin kayak Rud gullit, mantan pemain sepak bola itu), yang lain gondrong plus jarang keramas, beberapa yang lain wajah preman, bekas luka bacok, jari buntung, mata belok dan gigi tanggos. Kalau Tato, itu sih tidak diragukan lagi. So pasti hampir semua kalayak Rumah Singgah ada badan nya berTato, kecuali para wanita. Nama nya juga Anak Jalanan, Yaa gitu deh…….

Dari semua manusia ini tidak ada yang bisa menyaingi penampilan salah satu rekan yang sekarang menjadi aktivis/pembina, Agus. Itulah nama nya. Anak muda kelahiran Jawa timur ini sekujur tubuh bahkan sampai muka nya dihiasi dengan tato. Dia yang paling aneh. Menduduki peringkat satu dalam TOP TEN orang-orang aneh Rumah Singgah. Mungkin kalau mata bisa di tato kemungkinan akan ditato juga. Kalau hanya badan saja walau masih ditentang banyak orang, tapi juga masi dimaklumi. Apa lagi saat ini ketika tato sudah tidak identik dengan Preman tapi sudah lebih ke arah Art -nyeni-. Tapi ini muka bung, masa ditato juga.

Bangga???

Ah, nggak juga. Suatu hari dia datang ke saya sambil nangis (yaaa,.. tampang tato n wajah preman Nangis,..). Kak gara gara muka saya kayak gini, orang orang pada menjauh. Apalagi gereja, hampir jarang ada yang mau terima saya. Dikira saya preman, padahal saya kan rampok,…loh????? (sori brro, salah ketik, he he he).

Mata nya sembab, lalu dengan suara sumbang dan lirih sembilu dia melanjutkan, mentang mentang muka saya penuh tato, saya di jauhi orang, apalagi cewek kak, sulit cari jodoh nee – Hallah, masi mikirin cewek pula kau – Saya benci dengan wajah saya. Benci. Lha kenapa dulu lu Tato brro. Kan dulu gak tau kalau kayak gini akibat nya. Air mata ngalir lagi.

Suatu konsekwensi

Pelan pelan saya ajak dia ngomong - Dibatin saya Tuhan gak cukupkah cobaan yang di ijinkan terjadi dalam hidupku lewat anak anak jalanan? Kenapa harus tambah mahkluk kayak gini didepan gw – Panjang lebar kami bahas tentang kebenaran, Keadilan dan Kasih Tuhan. Buka Alkitab, doa. Alkitab, doa lagi. Lewat buku buku rohani lainnya, kembali ke Alkitab lagi. Lama (kapan makan nya ya). Jatuh bangun juga. Kadang kadang semangat, kadang kadang loyo lagi. Sampai suatu waktu, akhir dari permenungan. Dia mengerti, saya juga mengerti.

Ternyata dalam kehidupan, ada yang nama nya Konsekwensi, Syukur dan Menerima diri apa adanya.

Apa yang kita lakukan sekarang (baik maupun buruk), pasti akan berdampak kedepan nya. Apa yang kita alami hari ini adalah akibat dari apa yang kita lakukan kemarin. Walaupun tidak semuanya seperti ini(Misal nya ada orang yang lahir sudah cacat). Tapi di sisi lain dalam dunia ini ada Hukum Sebab Akibat, ada Kebenaran tentang Tabur Tuai. Dan didalam nya ada yang disebut Konsekwensi.

Jangan sering menyalahkan lingkungan, alam, kutuk keturunan bahkan mungkin si Setan, bila sekarang kita mengalami sesuatu yang tidak enak. Bisa juga kok hal hal buruk yang kita alami sekarang karena perbuatan kita di masa lampau. Melahirkan anak diluar nikah, kecanduan narkoba, masuk di penjara, semua nya itu adalah suatu konsekwensi yang harus kita terima bila kita melakukan seks bebas, memakai narkoba dan berbuat tindak Kriminal. Kalau akibat itu harus terjadi hadapi lah dengan sikap jantan dari pada menyalahkan keadaan.

Lama si Agus baru menyadari bahwa apa yang dia terima merupakan akibat perbuatanya sendiri dan mulai menghadapinya. Lalu perlahan lahan dia mulai bangkit, tidak menyalahkan keadaan, orang lain, tidak menyalahkan Gereja apalagi Tuhan. Menyesal, bertobat minta ampun pada Tuhan kemudian dia mulai bersyukur buat apa yang sementara terjadi. Daripada hidup dalam penyesalan akan keadaannya yang seperti itu terus menerus, dia mulai belajar bersyukur.

Apa kah dengan kita hanya meyesal saja terus keadaan akan berubah? Tidak. Seratus persen tidak. Dalam kasus ini membuat orang sadar bahwa apa yang dia terima, bukan akibat ketidak adilan alam melainkan konsekwensi perbuatannya dimasa lampau tapi tidak mengajarkan untuk bersyukur, adalah sama seperti orang yang diberi tau penyakitnya tapi tidak diberitahu cara mengobatinya. Terima itu sebagai akibat perbuatan kita sendiri lalu hadapi dan yakin lah kalau Tuhan itu baik bahkan dibalik setiap ketidak baikan kita. Dan mulai bersyukur atas hal itu. Itulah solusinya.

Tuhan adalah kasih. Dia mengasihi kita bukan karena apa yang kita buat, melainkan karena Dia sendiri Kasih adanya yang mana tidak dipengaruhi oleh apapun juga termasuk baik dari baik buruk nya manusia. Jauh melampaui kesalahan kesalahan kita masa lampau. Bersyukurlah karena hal ini.

Agus, pemuda kurus wajah penuh tato sampai dititik ini, bukan hanya itu, dia bahkan mulai bisa menerima diri apa adanya dan mulai mengasihi dirinya (saya pinjam istilah Ko Hai. Sebab lebih tepat kata “mengasihi diri” dibanding “menerima diri” apa ada nya). Akibatnya kepercayaan diri nya juga bangkit. Optimis muncul dan juga “rasa bersahabat’’ dengan orang lain. Bagaimana mungkin bisa dihargai orang lain bila kita tidak menghargai diri sendiri?

Mulai dari menghargai diri apa dan bagaimanapun bentuk nya, kasihi dan nikmati hal itu. Kemudian hargai orang lain maka anda akan terima penghargaan yang sama.

Di dunia ini kasus kasus muka yang ditato, mungkin hanya beberapa orang. Tapi konsekwensi esensial dari perbuatan masa lampau, semua kita pasti mengalaminya. Disini, wajah Tato Agus menggambarkan wajah wajah buruk kita akibat perbuatan masa lalu. Bagaimana Agus, begitu juga puluhan bahkan ribuan orang yang terjebak didalam nya. Tapi mereka juga bisa bangkit kembali seperti halnya Agus. Hadapi konsekwensi, bersyukur dan mulai menerima dan menghargai diri sendiri.

Agus si Wajah bertato. Tadinya hanyalah seorang cengeng, lambang para pecundang yang dibaluri keras kehidupan. Tapi kini, Agus, Pembina generasi terpinggirkan, seorang kuat dan pembuat sejarah. Dan ...tanggal 31 mei 2009 dia akan menikah.

Saya tersenyum, kita semua tersenyum.

“HALO MISTER, AGUS IKI,..OALAH GUS,.. AGUS” –iklan salah satu produk terkenal-