Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Suatu Malam (Hampir) Seperti Malam Biasanya

Indonesia-saram's picture

Rasanya baru saja langit tampak cerah. Tiada tampak awan berarak. Bahkan sinar rembulan terasa menyeruak. Menembus kelam yang merambah.

Suasana yang wajar. Bukankah hujan baru saja turun? Katanya, sebelum pukul empat sore ia turun. Kalau berharap malam ini cerah, rasanya wajar bukan?

Seperti biasa, aku tak langsung mandi. Menyalakan komputer lipatku menjadi semacam ritual kepulanganku dari ibukota. Entah itu sekadar bermain melepas kejenuhan. Entah itu menonton film. Entah itu menuangkan gagasan. Entah itu menonton video klip grup favoritku.

Tapi tentu saja, hari bergerak, waktu berjalan. Malam semakin larut, meski belum terlalu larut. Tapi udara telah berubah. Angin semilir membawa dingin. Dingin menusuk memaksa air kujerang.

Maklum, hujan sering turun. Sang langit sering membaptisku ulang. Dan lagi. Dan lagi. Dan lagi. Untung gerejaku tak tahu-menahu tentang hal ini. Kalau tidak, tentu aku sudah diarahkan untuk menerima penggembalaan. Karena menganggap aku menolak dibaptis ketika kecil dulu.

Aku memang tak gampang sakit. Tapi tak hendak kutantang cuaca. Tak hendak kutantang udara. Apalagi ketika kepala terasa berat. Tak berani kupaksa membasuh dengan air biasa.

Ah, betapa nyaman air hangat itu. Seandainya muat, sudah kubenamkan tubuhku ke dalam bak itu. Tapi kutahan diriku untuk berendam. Kucukupkan dengan basuhan dari gayung ke gayung.

Malam itu, sedikit berbeda. Tidak kutemui makhluk-makhluk yang kerap menyapaku. Kalau sekadar cacing yang merambat, memang tidak jarang. Tapi kecoak, biasa menyapa.

Sesekali ia muncul dari dalam saluran pembuangan. Sesekali ia menyembul dari celah pintu kamar mandi. Sesekali ia menyapa dari pinggir bak. Dan sesekali ia asyik berenang-renang di bak plastik.

Kadang mereka muncul sendiri. Kadang muncul kekasihnya. Kadang muncul anaknya. Kadang muncul cucunya. Tapi tak pernah sekaligus. Padahal kalau sekaligus, bagus juga. Bisa kubikinkan foto keluarga kecoak.

Pernah pula kusaksikan kecoak kawin. Walau membuatku bingung. Kenapa mereka berbuat mesum di depanku? Untung aku bukan kecoak. Tiada nafsu aku melihat. Baiklah, aku bernafsu terhadap mereka. Bernafsu meraih sandalku dan menghantam mereka. Dasar kecoak! Tidak tahu kalau perbuatan mereka itu melanggar Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi yang entah dari mana mereka singkat menjadi UU APP padahal kata "anti" sebenarnya merupakan bentuk terikat sehingga ketika disingkat seharusnya menjadi UU AP?

Tapi malam ini kecoak-kecoak itu tidak muncul. Mereka mungkin kedinginan seperti aku. Mereka mungkin mencari ruang yang hangat. Seperti aku yang berasyik-asyik dengan airku yang hangat. Padahal aku sudah menyiapkan sandalku. Menanti mereka menyapa dan menerima anugerah sandal pedas.

Kusiramkan air hangat terakhir ke tubuhku. Lalu kubalut dengan handuk. Begitu aku keluar, begitu angin mendadak kian dingin. Jauh lebih dingin daripada sebelumnya. Dan awan pekat telah menyelimuti langit. Tiada lagi terlihat rembulan yang tadi bercahaya. Dan angin bercampur air mulai terasa. Hujan telah tiba!

Angin yang cukup kencang menyapu daun di pepohonan. Bunyi dedaunan yang bergesekan bergemeresak. Butiran hujan yang tak begitu besar terasa menyapa atap tempat tinggalku, menyapa rerumputan. Menyapa tanah, menyapa semua tempat terbuka.

Namun, tak terlalu lama ia membasuh bumi. Karena tak lama ia pun pergi. Mungkin langit sudah lelah memuntahkan hujan sore sebelumnya. Mungkin bumi sudah berteriak tidak ingin disiram lagi. Mungkin pepohonan, rerumputan berseru kalau mereka tiada haus lagi. Mungkin juga rembulan memelas ingin kembali menampilkan keanggunannya membelah malam. Dan mungkin langit mendengar seru sang rembulan. Sebab tampak di atasku, cahayanya yang pucat menyeruak. Seakan hendak berkata, "Pandang, pandanglah kepadaku."

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

yosuaagung's picture

nice....

nice work... selamat terus berkarya, salam kenal