Submitted by Tante Paku on

BULAN SEPARUH BAYANG DI KALYANA

 

Malam dalam dingin kunang-kunang

Bulan separuh bayang di Kalyana

Bersama serentetan kisah bersama dia

Dia yang selalu ada dalam jiwa

Rinduku menyeruak menunggu sinarnya membulat

Malam kian menghantam pekat

Canda ceria dalam padat cerita

Mata tak ingin pejam kelam

Bulan telah penuh di ubun-ubun

Kuminum air pahit menemani keriuhan

Dalam ruang Kalyana cinta

Ini pertemuan kita yang kesekian

Mencari apa yang dicari

Belum ada yang kita nanti

Cerita usang sudah terlupakan

Entah apa yang kita tunggu?

Tuhan, ada Kamu di sini

Dalam kelap-kelip bintang-bintang

Yang benderang di langit gelap

Mendekap kami yang coba mengerti

Bahwa bulan separuh bayang telah pergi

Untuk menghangati kalyana cinta

Bersama rumput yang mulai membasah.

Kaliurang,27.06.10

Submitted by Tante Paku on Sun, 2010-06-27 17:52

In reply to by noni

Permalink

Seandainya noni mau mencoba yang pahit itu dengan dicampuri jeruk Bali, akan bisa menjadi obat diet paling penuh sensasi.

Walau Dia melihat noni meminumnya, Dia barangkali akan mengatakan, "Yaah namanya juga mencoba......"

Submitted by mama nia on Sun, 2010-06-27 11:53
Permalink

satu per satu

bayangan yang tersimpul

dalam hitungan waktu

dalam hitungan rasa

dalam hitungan aksara

 

terurai

melepas dan melebur

mengisi ruang penuh tanya

mencari simpul baru

 

lewat

mata yang menatap

tangan yang menggenggam

suara yang terdengar

 

pertama di kalyana

terucap kata

ternyata

oh

ternyata...

Submitted by Tante Paku on Sun, 2010-06-27 18:03
Permalink

Selamat mamania, nggak nyangka nih, ternyata mamania cukup berpotensi menjadi PENYAIR WANITA di Sabda Space yang perlu diperhitungkan di kemudian hari.

 

satu per satu..... (Para blogger SS bermunculan)

bayangan yang tersimpul..... (Yang semula terlihat mengkuatirkan)

dalam hitungan waktu...... (Sudah bisa bertemu)

dalam hitungan rasa.....(Sudah bisa bercanda)

dalam hitungan aksara.....(Sudah bersama tertawa)

 

terurai.....(Rasa gembira)

melepas dan melebur.....(Seperti saudara)

mengisi ruang penuh tanya.....(Sambil makan apa adanya)

mencari simpul baru.....(Untuk bertemua suatu waktu)

 



lewat.....(Tengah malam)

mata yang menatap.....(Semakin sayu)

tangan yang menggenggam.....(Semakin dingin)

suara yang terdengar.....(Semakin lemah)

 

pertama di kalyana.....(Kesan yang tak terlupa)

terucap kata.....(Kapan bertemu lagi?)

ternyata.....(Tidak seperti yang kuduga)

oh.....(Indahnya persahabatan dunia maya)

ternyata...(Lebih indah di dunia nyata)



27 Juni 2010

 

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya mencoba melanjutkan puisi mamania itu , karena saya ingin berbalas pantun.

Sudah saatnya mamania bikin blog puisi tersendiri nih.

 

 

 

 

 

Submitted by smile on Sun, 2010-06-27 18:47
Permalink

Tante paku,...kenapa puisi mama nia aja yang diartikan,...sekali kali puisiku diartikan donk,....



smile mau artiin yang sekalimat ini aja,...



Kuminum air pahit menemani keriuhan * * *

air itu sumber kehidupan,..jantungnya sebuah kehidupan,...jantungnya sebuah pertemuan,...

Bagaimana jika air yang merupakan sumber kehidupan menjadi pahit? hanya untuk menemani keriuhan dan kumpulan orang orang???

* * * WALAU nganga lubang terkuak,...biarkan.

sincerely,

smile

________________

*Jangan bilang bisa menaklukkan dunia, kalau tidak bisa menaklukkan diri sendiri terlebih dahulu*

Submitted by Tante Paku on Sun, 2010-06-27 23:32
Permalink

Tante paku,...kenapa puisi mama nia aja yang diartikan,...sekali kali puisiku diartikan donk,....

Wow aku cuma memberi semangat mamania agar terus menemani kita menulis puisi , puisimu kan sudah berarti, cuma perlu diapresiasi kali.

Bagaimana jika air yang merupakan sumber kehidupan menjadi pahit? hanya untuk menemani keriuhan dan kumpulan orang orang???

Yuk minum kopinya JesusFreaks Smile, biar Tuhan mencintai Lucifer ha ha ha......