"Gelang yang cantik," demikian beberapa teman berkomentar. Satu dua orang bahkan menunjukkan raut tak percaya melihatku yang lumayan anti aksesoris melingkarkan benda bundar itu di pergelangan tangan.
"Sedang berusaha menjadi perempuan," begitulah aku menjawab sekenanya. Dalam hati, ada satu kata yang kusisipkan pada jawaban itu: aku sedang berusaha menjadi anak perempuan.
Belakangan aku memang gemar mengenakan perhiasan bundar itu. Merasakan tekanan lembut yang berubah seiring gerakan tangan mengingatkanku pada sensasi saat tangan ini digandeng.
Dulu, semasa kecil bapak sering mengajak adik dan aku berjalan-jalan. Sekedar menikmati jalanan di pagi atau sore hari. Bapak biasa memanggul adik di atas bahunya yang kekar; sementara aku mendapat bagian gandengan tangan bapak. Kadang iri melanda hatiku. Adik selalu mendapat posisi yang lebih nyaman dan 'dekat' dengan bapak sementara aku harus memacu langkah-langkah kecilku untuk dapat mengimbangi langkah bapak yang mantap dan cepat. Tapi kalau diingat lagi, bukankah aku mendapat kebebasan lebih luas dalam menentukan langkah yang kuambil. Pun sejauh kenanganku, aku tak pernah jatuh saat bapak menggandeng tanganku. Genggaman tangan bapak yang kuat selalu saja membuatku merasa aman dan mantap melangkah.
Tahun demi tahun berlalu. Sekarang aku bukan lagi anak kecil, dan bapak tidak mungkin menggandengku seperti dulu. Hanya sesekali kudengar suara bapak menyampaikan rindu dan sekedar wejangan buatku. Ya, aku bukan seorang anak perempuan lagi, tapi aku kangen rasa aman dan terlindungi itu saat bapak menggenggam tanganku sebagai seorang anak.
Kadang saat hidup serasa bagai malam tanpa cahaya hingga mata tak dapat melihat jalan di hadapan dan hati telah jadi terlalu kebas untuk merasa, aku hanya butuh seulur tangan untuk menuntun.
Sebait sajak berusia ratusan tahun itu tiba-tiba saja terlantun
Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
aku dungu dan tidak mengerti,
seperti hewan aku di dekat-Mu.
Tetapi aku tetap di dekat-Mu;
Engkau memegang tangan kananku.
Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku,
dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.
(Mazmur 73: 21-24)
biar gak kangen
bagaimana kalau dinda cari bapak buat calon anak anak dinda. nah nanti pas dinda lihat mereka, kangennya terobati. wkwkwkwk
In reply to biar gak kangen by jesusfreaks
Permalink@JF
Kanda JF,Saya sudah berusaha mencari ke segala penjuru; belum ketemu pria malang yang mau berbagi hidup dengan hamba yang hina ini... ^_^
Rupanya rindu ya?
Mari sini, ingin kugenggam tanganmuKuremas jemarimuSambil berbisik"Kapan aku melihatmu menggenggam kekasihmu?"
In reply to Rupanya rindu ya? by Tante Paku
PermalinkTante...
Iya betul;saya rindu ...makanya mencoba memberanikan diri untuk corat coret di SS lagi ...wah... bisik-bisiknya tante betul-betul mengusik..:D
In reply to Rupanya rindu ya? by Tante Paku
Permalink#jleb
"Kapan aku melihatmu menggenggam kekasihmu?" #jleb !*bunuh aja gw!*
Tes by phone jaduel
Tes coment by my phone jadul... :D
In reply to Tes by phone jaduel by Mey Weh
Permalinkerror
lg error ya? saya sudah 2x posting tp ga muncul
In reply to error by Yohanes Paulus
Permalinktes.. tes..123:)
tes.. tes..123:)
Tes by phone jaduel
Tes coment by my phone jadul... :D
@dinda clara : tak ada rotan akar pun jadi
Tak ada pangeran impian, blogger sabdaspace pun jadi. (mode on : mak comblang)
Baru tahu cantik
ha ha ha ha ha .... baru tahu rasanya merasa cantik, nona? asyk ya? ha ha ha ha ha ...
bapakku sayang ...
manis,jujur,berani, aku waktu kecil sering digendong bapak, sekalipun aku lebih kakak dari adik2ku,senang rasanya mengingat saat-saat itu ...