Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Gereja Keliling Keliling

ely's picture

 

Dulu pernah terlintas dalam diriku untuk menjadi seorang pendeta, karena aku melihat teladan yang diberikan dari pendeta-pendeta yang aku kenal di perkampungan. Kasih yang tulus dari mereka memberi dorongan kepadaku untuk melakukan hal yang sama.

Dahulu pendeta di kampungku adalah pendeta yang mengabdikan diri untuk membina jema’at. Mereka hidup apa adanya dan berbaur dengan penduduk kampung. Kesederhanaan dan keterbukaan mereka membuat aku sangat senang untuk berkunjung ke rumah mereka jika ada kegiatan-kegiatan gereja, tanpa rasa sungkan. Mereka menerima setiap jema’at yang berkunjung dengan hangat. 

Selain melayani di gereja, mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan yang sama dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat kampung. Ketika masyarakat bekerja bergotong royong membuka lahan untuk membuat ladang, mereka juga ikut dalam gotong royong.  Sikap mereka membuat masyarakat bisa menerima kehadiran mereka dengan baik, walaupun mereka berbeda suku dengan kami. Sikap itu pula yang membuat mereka dapat membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, mengenal masyarakat dan dengan leluasa menyampaikan kebenaran dengan cara yang bisa diterima oleh masyarakat perkampungan.

Teladan dan kasih dari pendeta-pendeta inilah yang membuat aku suatu saat memberanikan diri untuk mengutarakan keinginanku pada ayah, untuk menjadi seorang pendeta. Namun ayah tidak begitu setuju dengan keinginanku. Ayah menjelaskan bahwa aku dapat bekerja sambil melayani, ”itu juga sama” katanya singkat. Sejak saat itu aku tidak lagi memikirkan keinginanku itu.

Ketika mulai meninggalkan kampung untuk menempuh pendidikan, aku memiliki lebih banyak pengalaman lagi dalam mengenal pendeta-pendeta dari berbagai gereja, karena waktu itu aku tidak menetap hanya di salah satu gereja. 

Gereja Keliling-Keliling atau sering diistilahkan dengan GKK oleh aku dan teman-temanku, merupakan jawaban yang keluar dari mulutku ketika ada seseorang yang bertanya “kamu bergereja di mana?”, aku tidak merasa bersalah menjawab seperti itu, karena aku menganggapnya wajar.

Sebenarnya dari awal aku sudah mendaftarkan diri di salah satu gereja, gereja asalku, tetapi karena aku dan teman-teman di kost berbeda-beda gereja, kami jadi sering saling bergantian mengunjungi gereja kami masing-masing, bahkan mencari suasana di gereja baru yang belum pernah kami kunjungi. Waktu itu aku sangat menikmatinya.

Pernah seorang temanku, yang bergereja di mana aku terdaftar dan mengetahui bahwa aku terdafatar di sana, bertanya kepadaku “kamu kok jarang terlihat ke gereja? ayolah ke gereja”, dari kalimat yang keluar dari mulutnya, ia nampaknya kuatir denganku. Aku hanya menjawab “aku bergereja di mana aku merasa bertumbuh” kalimat itu keluar begitu saja, sekalipun tidak yakin dengan jawaban itu. Jawabanku membuatnya tidak lagi bertanya, tetapi terlihat seperti memikirkan sesuatu.

 

***

 

Dari kecil aku sudah Kristen, karena kedua orangtuaku Kristen, namun kekristenanku tidak begitu tercermin dalam kehidupanku sehari-hari. Hingga suatu saat aku mengambil sebuah keputusan untuk berdoa menerima Juruselamat dan Tuhan dalam hidupku dan menerima kasih karunia Allah. Di sini aku menyadari bahwa aku harus menjalani kehidupanku dengan ucapan syukur karena aku telah menerima kasih karunia, pengampunan dan keselamatan dari Tuhan. Ini bukan berarti aku sudah sempurna dalam kekristenanku, namun seseuatu yang nyata terus mengubahku. Kesadaranku bahwa Tuhan memberikan sebuah jaminan kehidupan kekal bagiku, membuat aku melihat kehidupanku yang baru. Dalam proses pertumbuhan akupun dimampukan untuk mengampuni orang-orang yang menyakitiku dan belajar melihat bahwa Allah memiliki rencana yang baik dari keadaan yang tidak baik, itulah kasih Tuhan bagiku.

Aku tidak bertumbuh di gereja, karena aku tidak mendapat pembinaan secara pribadi dari gereja, ini mungkin juga karena kebiasaanku yang sering bergereja di GKK. Namun aku bersyukur karena ada kakak-kakak pembina, yang menemukan aku dan terbeban untuk melayani pertumbuhan imanku dalam Kristus. 

Mereka bukan orang-orang theology, mereka juga bukan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang lebih dari pendeta-pendeta, mereka hanya orang-orang yang terbeban untuk menolong orang seperti aku untuk mengenal Kristus dan membina supaya orang seperti aku bertumbuh secara rohani dalam Kristus.  Terlepas dari pengetahuan mereka yang terbatas, mereka tidak menjadi orang yang sok tahu ketika aku bertanya sesuatu yang mereka tidak tahu. Mereka akan menampung pertanyaanku untuk menanyakan kepada mereka yang dapat membantu menjawab perntanyaan yang mereka tidak ketahui jawabannya. Sesuatu yang membuat aku melihat bahwa mereka berbeda dengan cara-cara gereja adalah ketika dalam pembinaan mereka tidak mengajakku untuk bergereja di tempat di mana mereka bergereja, mereka membiarkan setiap kami yang ada dalam pembinaan untuk tetap bergereja di gereja kami masing-masing.

Itulah cara yang mereka gunakan untuk menolong aku dan teman-temanku  bertumbuh bersama-sama dalam kelompok kecil. Untuk membuatku memiliki pengalaman bersaksi mereka mendorong supaya akupun mengambil kesempatan untuk memimpin kelompok kecil juga. Awalnya aku takut, tapi dorongan dan bimbingan dari mereka membantu aku dapat melakukannya, tentu tidak lepas dari Kuasa Roh Kudus.

 

***

 

Itulah ceritaku, sekarang jika ada yang bertanya kepadaku “kamu bergereja di mana?”, maka aku akan menyebutkan terlebih dahulu gereja asalku, tetapi kalau aku belum menemukan gereja asalku di sekitar tempat tinggalku, aku akan menyebutkan nama salah satu gereja lagi, yang biasa menjadi alternative ke duaku, tanpa rasa sungkan.

Dari pengalamanku menjadi jema’at GKK (Gereja Keliling-Keliling), aku banyak melihat perbedaan-perbedaan yang ada di masing-masing gereja, bahkan tidak jarang aku melihat bahwa dari beberapa gereja yang aku kunjungi, gereja satu menyikut gereja lain, begitu pula yang terjadi dengan gereja lain menyikut gereja yang satunya. Masing-masing gereja menganggap gerejanya yang paling benar, kejadian seperti inipun terjadi di gereja asalku, kejadian yang tidak pernah aku temui sebelumnya pada gereja di kampungku, karena di kampungku hanya ada dua jenis gereja, gereja Katolik dan gerejaku yang nampak akur dan tidak saling menyikut.

Awalnya aku bingung dengan kejadian ini, aku tetap belum mengerti mengapa gereja-gereja saling menyikut. Yang membuat aku tetap bertahan untuk tetap beribadah di gereja adalah pemahaman dan pandanganku, bahwa sekalipun ada banyak perbedaan di gereja, namun ada satu hal yang menjadi persamaan dari gereja-gereja, yaitu membangun persekutuan dengan Kristus dengan alkitab sebagai dasar, terlepas dari perbedaan doktrin dan pemahan dari masing-masing gereja.

 

***

 

N/B :  Tidak sedang menyarankan untuk bergereja di GKK, karenaaku yakin  dengan menetap di salah satu gereja, ada manfaat tersendiri yang bisa didapat.

 

__________________

Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...

smile's picture

gereja menyikut

pengalaman hidup yang menginspirasi, yang sepertinya dialami oleh sebagian orang kristen.

Cuma ada pertanyaan yang smile mau tanya,...

Gereja menyikut gereja lain contohnya seperti apa yah ely?

tks before

salam

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

ely's picture

@smile, gereja menyikut

Maksudnya gereja satu menjelek2kan gereja lain atau menganggap gereja lain melakukan kesalahan, entah dari cara beribadah, berdoa, menyanyi, memuji, menyembah dll ...  

__________________

Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...