Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kenapa kau melukaiku?

Pak Tee's picture

                Aku terluka. Ada sebilah pisau belati menusuk jantungku. Darah mengucur. Tapi aku tidak mati. Aku menggelepar. Seluruh tubuhku bergetar. Aku menangis. Tapi aku tidak terisak. Air mata itu tumpah begitu saja.

                Tuhan….! Aku berteriak. Tapi aku tak bersuara. Aku tidak mati. Tapi aku juga tidak hidup.

                Aku kehilangan diriku sendiri.

                Itu yang kurasakan. Orang lain tak pernah bisa melihat lukaku itu. Luka itu hanya ada disini! Di dalam hati ini. Aku sudah bersusah payah mencoba mencabut belati itu. Ia mengoyakkan, membuat luka yang lebih mengerikan. Aku menggigit bibirku. Kakiku lumpuh. Badanku tak berdaya.

                Tuhan….!

                Aku memandang Asti. “Kenapa kau melukaiku?” Hanya kata itu yang terucap dari bibirku.

                Asti  tak acuh. Baginya terasa aneh, aneh sekali. Seorang laki-laki tidak selayaknya menangis. Ia tidak merasa telah menancapkan pisau itu.

                Tiba-tiba episode itu hadir kembali di mataku. Asti tertawa. Ia memandangiku. Ia mengamat-amatiku. “Heran! Apa yang membuat aku suka padamu? Tak ada! Ah, tak apa…, aku toh sudah puas dengan yang cakep!”

                “Apa katamu, As?”

                “Kamu jelek! Aku tak tahu bagaimana aku bisa menyukaimu. Tapi tak apa. Aku sudah puas kok dengan mantan-mantanku dulu. Aku sudah melakukan segalanya…!”

                “Apa katamu, As?”  Aku merasa ada seseorang menamparku. Keras sekali. Mulutku kelu. Aku tidak bisa berkata-kata. Tiba-tiba saja Asti sudah mengambil pisau itu dan menancapkannya ke dadaku. Keras sekali!

                “Auch!”  Aku memegang dadaku. Ia tidak melihat luka itu. Ia tidak pernah merasa menancapkan pisau itu ke dadaku. Ia bodoh! Seperti aku. Aku juga bodoh mau mencintainya.

                Mungkin waktu akan menyembuhkan lukaku. Harga diriku yang terkoyak. Harga diri adalah nyawa laki-laki. Keangkuhan, kesombongan, kegarangan seorang laki-laki  akan lumpuh tanpa harga diri.

                Tuhan…! Tiba-tiba saja aku ingat kata-kata Kak Kris: “Tapi pada saatnya dia mungkin saja akan melecehkanmu!” Nina…., kenapa bukan kau…? Kenapa harus Asti?

                Kuda liar itu tali kekangnya ada padaku. Kenapa aku harus terluka? Kuda itu bodoh. Aku akan membawanya kepada pengertian. Karena aku tahu, cinta itu memang kuat. Kuat seperti  maut.

Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti  nyala api Tuhan! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya  untuk cinta, namun ia pasti akan dihina. (Kid 8:6-7).

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

tilestian's picture

Hemmmm ... koq ngeri ya kisah

Hemmmm ... koq ngeri ya kisah ini? (menurutku)

Jika memang cinta ya katakan cinta, jika tidak ya katakan tidak .... kadang kala menjalani percintaan dengan keraguan, akan memunculkan ke permukaan sikap "membanding-bandingkan".

 

Semangat Pak Tee ... nice blog

__________________

God's will be done Smile

Pak Tee's picture

ragu

Cinta dengan keraguan memang sebaiknya dihentikan. Kalau masalah membandingkan sebenarnya adalah sesuatu yang wajar saja. Cuma..., jangan katakan hal itu pada pacar Anda. Dan jika akan berlanjut ke pernikahan, pastikan bahwa calon Anda adalah pilihan terbaik Anda (dibandingkan dengan yang lain). Setuju?

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!