Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

BerkatMu cukup di dalam hidup kami

Novi Kurniadi's picture

Seminggu terakhir, Tuhan bekerja di dalam hidupku, turut merasakan pergumulanku. Sekarang aku berpikir untuk mulai bersaksi tentang pergumulan yang aku alami ini. Awalnya aku ragu. Ada rasa malu. Karena kalau aku bersaksi, berarti aku menceritakan dosaku ke orang lain. Tetapi baru akhir minggu ini aku baca di buku "Meningkatkan Pelayanan Anda", kalo seorang pemimpin Kristen tidak perlu takut mengungkapkan kegagalannya. Mengapa? Karena ketika kita bersaksi, kita menyaksikan Kristus yang memampukan orang berdosa untuk hidup benar!


Jadi ini kisah lengkapnya.. Sebagai supervisor asrama, aku tidak boleh melakukan pekerjaan lain. Sebagai mahasiswa beasiswa, aku tidak boleh mencari uang untuk kantong pribadi. Itu merupakan perjanjian, tanda tangan pake meterai.
Setelah balik dari liburan, seorang teman menawarkan pekerjaan. Ngelesi anak SPH. Dua bersaudara gitu. Gajinya gak gede sih.. Tapi lumayan buat uang saku. Apalagi aku kan nggak perlu bayar untuk tempat tinggal dan makanan, kuliah juga gratis. Jadi walaupun gaji gak gede, itu juga sudah lumayan.
Tadinya aku ragu untuk mengambil pekerjaan ini. Alasannya karena aku sudah pasti melanggar peraturan kalo terima pekerjaan ini. Tapi temenku bilang, "Lumayan buat uang saku dan buat ditabung." Kemudian aku ingat malam sebelumnya ngobrol sama temenku yang lain soal gaji guru yang pasti kecil. Aku pikir-pikir lagi, "Lumayan buat tabungan masa depan." Jadi akhirnya aku bilang, "Oke".



Seminggu ngelesin, aku merasa nggak damai. Lalu aku doa, "Tuhan, kalau Engkau tidak berkenan, pecat aja aku." Kesannya sih bener aja doanya. Padahal nggak. Intinya sih, aku mau kerjaan ini. Gak papa melanggar peraturan asal gajinya lumayan untuk kantongku.


Minggu kedua, aku nggak bisa ngelesin karena sibuk mau nyanyi di Gala Concert dan ikutan Jakarta Choir Competition. Eh, Selasa sore Papa kirim SMS. Papa minta maaf karena cuma bisa transfer sekitar 15% dari uang sakuku sebulan. Trus dua hari kemudian baru Papa kirim lagi sekitar 15% juga. JDEEERRRR!!!! Balasan SMS-ku ke Papa sih baik2 aja. Aku bilang sama Papa, kalo nggak masalah. Aku masih bisa hidup sampai transferan berikutnya. Padahal abis baca SMS itu mataku langsung berkaca-kaca.


Aku tau kok keluargaku lagi bergumul dengan masalah keuangan. Tapi aku nggak nyangka sampai kayak gini. Masa uang sakuku tinggal sekitar 15% aja? Sementara aku enak2an di kampus semewah UPH, keluargaku di rumah pasti lagi susah. Apalagi Papa. Aku gak tega rasanya. Hati Papa yang mana yang ga hancur, saat ia tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya? Hatiku hancur. Aku yakin bukan hal yang mudah bagi Papa untuk kirim SMS itu ke aku.


Sore itu kebetulan lagi ada perkenalan TC Ministry ke mahasiswa baru. Pas nyanyi lagu "BejanaMu", air mataku langsung tumpah. Gak ada yang nanyain sih.. Semua mikirnya aku lagi penyembahan. Hehehe.. Padahal lagi sedih. Abis itu mentee-ku SMS dan bilang kalo dia lagi sedih. Jadinya aku pergi menghibur dia. Malemnya latihan gala concert. Gak sempat lagi buat kau untuk mikirin masalah ini.


Malemnya aku sudah sangat lelah. Sebelum tidur aku doa dan baca Alkitab. Tuhan langsung jawab pergumulanku saat itu juga. Di 2 Samuel 21. Intinya sih Tuhan ingin aku melepaskan pekerjaanku seperti Daud menyerahkan Mefiboset. 

Dapet jawaban seperti itu, aku yang tadinya ngantuk malah jadi nggak bisa tidur. Sebaliknya malah nangis sekenceng2nya. Tuhan ingin aku melepaskan pekerjaanku. Soalnya itu nggak bener. Jelas-jelas melanggar aturan. Apalagi aku pelayan Tuhan. Masalahnya Tuhan, kalo aku nggak dapet uang saku dari ortu, dari mana lagi aku bisa dapet duit kalo nggak dari ngelesi? Kan lumayan Tuhan.. Kalo Papa Mama nggak bisa transfer duit, mereka nggak perlu susah karena kan sudah ada penghasilan...

Tapi Tuhan kita memang Allah yang Maha Kudus. Tidak sedikitpun ia mau kompromi dengan dosa!
Besok paginya Dia menggerakkanku untuk baca Matius 6 dan aku sangat ditegur. Terutama pada ayat 24. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."


Tangisanku makin kenceng. Aku baca lagi perikop di bawahnya.


Tuhan bilang, burung pipit dipelihara. Bunga bakung didandani. Dan serasa sangat ditegur pada kalimat, "hai kamu yang kurang percaya". Trus ayat 33 berbunyi, "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Kenapa aku kasih warna merah untuk kata "kebenaran"? Karena itu yang ngena banget! Tuhan ingin aku hidup benar. Sekalipun itu berarti bayar harga yang mahal.There is a high price for a righteousness.
   

Jumat malam lalu aku terima SMS dari Papa Mama. Mereka bilang kalo mereka mengerti pergumulanku. Mereka ingin aku tetap melakukan apa yang benar dan gak perlu kuatir tentang hari esok. Biarkan Tuhan yang memegang hari esok. Setelah baca SMS mereka, aku langsung berkaca-kaca, lega.
Hari Sabtunya aku langsung bereskan. Bayar mahal untuk hidup benar. Bukan karena aku kuat. Tapi karena kuasa Tuhan yang memampukan. Herannya, aku nggak merasa sayang untuk melepaskan pekerjaanku ini. Gak merasa sayang untuk kehilangan gaji yang lumayan. Yang lebih penting lagi, tidak ada rasa takut. Walaupun tidak ada kepastian akan hari esok, namun tidak ada kekuatiran. Tuhan mengaruniakan damai sejahtera!

Saat ini aku ingat Pdt Hanny Layantara pernah bilang, "Berkat Tuhan ada di atas kepala orang benar. Kita orang benar tidak perlu kejar-kejar berkat. Kita harus mengejar hidup yang benar di hadapan Tuhan."
Persis setelah aku melepaskan pekerjaan ini, aku diberkati. Bukan dengan materi. Melainkan:
  1. Kemampuan untuk hidup dan melakukan apa yang benar.
  2. Meninggalkan dosaku (=melanggar aturan supervisor dan perjanjian beasiswa).
  3. Hidup dalam damai sejahtera, tanpa kekuatiran, walaupun berada di tengah-tengah krisis finansial keluarga.
  4. Mampu bersaksi menceritakan bagaimana Kristus mengubahku.
  5. Dibebaskan dari penghakiman. Awalnya aku merasa terus-menerus terdakwa. Sebagai pelayan Tuhan, bisa-bisanya aku melanggar aturan demi duit. Demi keadaan kecepit! Aku sempat merasa tidak layak, tidak ada apa2nya dibanding teman2 supervisor yang lain. Tetapi kuasa pengampunan Tuhan membebaskanku. Sekarang aku nggak lagi merasa terdakwa.
Berkat-berkat yang aku peroleh jauh lebih berharga daripada uang. 

Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya ituTetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Matius 6:32-34)
Nggak sampai 24 jam yang lalu aku menyadari bahwa merupakan sebuah anugerah untuk mengalami krisis finansial yang keluargaku hadapi sekarang. Aku melihat bagaimana Tuhan sungguh memelihara. Walaupun lagi krisis, kami tidak kekurangan! Memang tidak ada kepastian akan hari esok. Tapi justru itulah nilai anugerahnya! Karena tidak adanya kepastian akan hari esok, kami sekeluarga belajar menggantungkan hidup kepada Tuhan hari demi hari.

Aku akan tutup kesaksian ini dengan sebuah lagu. Lagu ini pernah aku nyanyikan di radio dan memenangkan sebuah setrika. Hehehe.. Ini bagian reff-nya:

Terima kasih Tuhan untuk hari ini
BerkatMu cukup di dalam hidup kami
KebaikanMu nyata
Sempurna tiap hari
Terima kasih, terima kasih Tuhan

Ngomong-ngomong, sebelum nulis blog ini aku sudah cek rekeningku. Papa sudah kirim sisa uang bulananku. Puji Tuhan! Walaupun uang sakuku agak telat bulan ini, tapi ada. Kabar dari Mama, kerjaan mereka sudah ada peningkatan walaupun sedikit dan masih susah. Thanks, God.

 


__________________

Novi Kurniadi

X-1's picture

piuhhhhh....

bersyukur, taat, ngomong ayat... gampang diomongin & ditulisin... susah dilakuin

__________________

mari gila bersama-sama dengan warna merah, kuning, hijau, dan biru..

 

 

youngyoungan's picture

Prioritas

Aku pernah punya pengalaman tentang mengabdi kepada dua tuan, cuma beda cerita.. Nov.

Namanya juga manusia, kadang (bahkan sering) ngga puas dengan apa yang udah diterima. Maka dari itu, semua tawaran baik diiyakan. Padahal yang baik menurut kita belum tentu baik di mata Tuhan. Sepertinya Tuhan memang membiarkan kita menjalaninya, tetapi cepat atau lambat kita tidak akan mampu bertahan. Kita pasti harus memilih. Dalam hal ini kita perlu discernment yang baik untuk tahu apa yang musti kita prioritaskan.

Saya diingatkan dengan ayat paporit dari Matius 6:33. Bener juga nie, kita musti memprioritaskan Tuhan dalam segala hal, TANPA KECUALI. Maka Dia akan menambahkan semuanya kepada kita. Apa aja yang ditambahkan ya suka2 Beliau dong.. Setelah itu, sama kaya kamu. Aku memilih Dia, karena Dia terlebih dulu memilihku... kaya syair sebuah lagu... (Kau yang memilih aku... tapi ngga usah diterusin, tar jadinya beda jauh :D )

Jia you! Tuhan adalah Gembala yang baik, kita tak akan pernah berkekurangan. Trust me Wink moreover, trust God.