Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Setitik Nila

Pak Tee's picture

      Pengusaha itu mengajakku duduk. Dalam pembicaraan kami kemudian tiba-tiba saja Beliau menyebut nama Bapak Wahyudi (bukan nama sebenarnya), yang juga seorang pengusaha sekaligus direktur sebuah bank. Dan ceritanya mulai mengalir.

      "Kalau bukan karena Pak Wahyudi, aku tidak bisa seperti ini!" Aku manggut-manggut (mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju/mengerti). Rumah pengusaha ini memang besar dan luas, mobilnya banyak. Menurutku Beliau memang sukses.

      "Aku terima kasih pada Pak Wahyudi, sekalipun kata-katanya pedas dan menyakitkan!

      "Dulu aku kerja sama dengan Pak Wah. Kami juga sering Hash bareng. Siapa yang lebih dulu sampai di Start, biasanya akan membayari dulu biaya Hash. Suatu saat aku pergi Hash dengan anakku. Sampai di Start ternyata aku sudah dibayari, tetapi anakku tidak. Aku tanya kepada Pak Wah, kenapa anakku tidak dibayari sekalian? Pak Wah menjawab, tidak usahlah..., tidak apa-apa! Lho!? Aturannya kan harus membayar? Ah tak apa-apa, anak kecil, panitia juga tidak tahu! katanya.

      "Aku terperangah. Kalau uang Hash yang hanya beberapa ribu saja dia tidak jujur, bagaimana dengan kerja samanya denganku?

      "Saat itu aku berpikir bahwa tidak mustahil Pak Wah telah melakukan mark up atas harga-harga beli aset kami. Dan mulai saat itu aku tidak bisa percaya begitu saja. Aku mulai kritis dan sering menentangnya."

      Aku melihat setitik nila itu menetes ke belanga susu.

      Pengusaha itu melanjutkan ceritanya. "Puncaknya ketika rapat. Laporan yang kuberikan tentang stock barang ditanggapinya dengan pertanyaan, 'Apa ini benar ada barangnya?' Terus terang aku sakit hati. Kalimat itu kan sangat menyakitkan? Dia tidak percaya itu hak dia, tapi kan bisa dicek bersama, tidak perlu bicara seperti itu. Kebetulan juga ketika dia pinjam kalkulatorku, kalkulatorku 'hang'. Saat itu dia bilang, 'Sudah, kamu nggak usah ngurusi bisnis ini lagi!'

      "Aku keluar.

      "kalau aku tidak keluar, sampai sekarang mungkin aku masih berbagi hasil dengan Pak Wah. Beruntung, karena Pak Wah aku bisa seperti ini. Terima kasih... banget!"

      Menurutku Tuhan berkenan memberi berkat lebih, apakah Beliau menyadarinya? Aku kenal Pak Wahyudi. Beliau orang baik. Aku kenal dengan baik, bahkan beberapa kali aku sempat ditraktirnya makan. Bukan karena Beliau mentraktirku makan, lalu aku bilang Beliau baik. Tidak. Dari pergaulanku dengan Pak Wah aku memang kenal pribadinya yang baik. Tapi siapa yang menyangka kalau kita punya "setitik nila" yang begitu menyakitkan dan merusak bagi orang lain? Setiap kita seringkali tidak menyadari "dosa" kita.

      "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita" (1 Yoh 1:8).

      Jadi, maafkanlah aku. Jika kau temukan, pakailah setitik nilaku untuk memperindah lukisanmu, dan jangan biarkan masuk ke belanga susumu. Terima kasih.

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

Tonny Hartato Yeoh's picture

Bener Pak Tee

Sebenarnya kalau bagi anak-anak Allah yang sejati, penderitaan adalah suatu hal berkat heheheheheheheheheh

Ibrani  12:6,8
12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

Mari kita bersukacita sekalipun bukan dalam bentuk kesenangan dan kenyamanan dunia ;)

Pak Tee's picture

sisi lain

Terima kasih komentar dan ayatnya. Saya melihatnya dari sisi yang lain. Yaitu bahwa “dosa kecil” kita yang seringkali kita anggap sepele, ternyata sangat merusak. Apa yang terjadi ketika seorang bocah kita minta berbohong? “Nak, nanti kalau ada yang tanya Bapak ada tidak; bilang Bapak tidak ada ya?” Tanpa sadar kita sudah mengajar banyak hal buruk kepadanya (dengan keteladanan kita).

Kita mengajarnya berbohong.

Kita mengajarnya melanggar aturan/hukum.

Kita mengajarnya lari dari tanggung jawab.

Kita mengajarnya untuk tidak takut Tuhan.

Dst.

Lepas dari berapa usia si bocah dan apakah dia mengerti yang sudah kita “ajar”kan, kita sudah memberikan keteladanan kita.

Lihatlah, betapa polosnya si bocah ketika tamu itu datang.

“Adik, Bapak dimana?”

“Dalam! Tapi tadi Bapak bilang Bapak tidak ada”.

“Lho, Om kan tidak tanya Bapak ada atau tidak? Om cuma tanya Bapak dimana?”

“Dalam!”

“Kalau begitu bilang Bapak ya, Bapak ditunggu tamu di luar”.

Dan si bocah pun berlari ke dalam rumah, memanggil Bapaknya.

 “Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Lukas 18:17).  

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

Tonny Hartato Yeoh's picture

Dunia makin gak beres

Itulah pak dampak dari dunia, pengaruh pengaruh paganisme yang makin gila, manusia makin ke zaman makin mencari tuhan yang untuk memenuhi nafsunya.

saya juga sependapat dengan anggapan orang sering menganggap sepele, lebih parah lagi seringkali kita menganggap "TIDAK ADA YANG SALAH", padahal ketika kita tidak memiliki dasar kebenaran yang pasti benar, dosa semakin subur bertumbuh.

saya ambil contoh, dulu seks diluar nikah, hidup serumah diluar nikah, dianggap sebagai dosa berat dan percabulan bahkan orang yang melakukannya akan dirajam sampai mati! Namun sekarang orang menganggap hal itu sudah biasa, "TIDAK ADA YANG SALAH" sungguh gila bukan... menyedihkan

Saya mengambil contoh lagi seperti yang pak tee katakan, ketika anak itu berbohong mungkin adakala-nya dia ketahuan seorang yang menjadi korban kebohongannya dan akhirnya dimarahi habis"an, secara daging inilah penderitaan, padahal seharusnya mereka bersukacita, karena ditegur, berarti harusnya mereka yang melakukan segera kembali kejalan yang benar. (inilah yang disebut penderitaanpun juga berkat)

Pujian membuatku semangat, namun kritikanlah yang membangun hidupku. Semoga anak-anak Allah yang sejati selalu bersukacita meresponi anugrahNya, baik itu berupa kenyamanan maupun ketidaknyamanan daging ini...

SoliDeo Gloria Amin....
Tuhan Memberkati Pak...