Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

SABDA Space

Purnomo's picture

AKU KENYANG

             Foto diambil Minggu malam 11 Oktober 2015 di sebuah warung makan di daerah Puri Anjasmoro Semarang
             Ini bukan blog monolog apalagi dialog.
             Ini hanya bagian dari “log book” kehidupanku yang aku arsipkan dalam bentuk tulisan atau foto.
             Yang tidak melanggar ‘privacy’ diri sendiri apalagi orang lain, aku aplot di sosmed.


Purnomo's picture

BERAS – 4 – dalam pilihan ganda

              Setelah kena tipu pedagang beras (see "Beras-1)" aku berencana membeli beras di pasar dekat panti asuhan "anak raja". Tapi sebelumnya aku mampir dulu ke panti itu karena aku perlu klarifikasi atas laporan bulanannya di bagian penerimaan natura.
             "Pak, apakah donasi beras selama ini cukup sehingga Bpk tidak perlu membeli sendiri di pasar?" tanyaku.


Purnomo's picture

BERAS – 3 – kena perpuluhan?

              Di "Beras – 2" aku bertanya mengapa untuk panti asuhan ada orang suka menyumbang beras daripada uang padahal di "Beras – 1" aku sendiri menyumbang beras. Mengapa aku sendiri menyumbang beras? Padahal aku yakin seyakin-yakinnya uang donasi tak akan dikorup di panti ini.

Purnomo's picture

BERAS – 2 – di panti asuhan

                  Suatu hari kebetulan aku melihat di panti asuhan "anak raja" seorang lelaki muda datang dengan motor bersama puterinya yang masih memakai baju seragam sekolah membawa sekarung beras 25 kg untuk disumbangkan. Mengapa dia tidak memberikan uang saja daripada repot-repot ke pasar terlebih dahulu lalu membawa beras itu ke panti?

Purnomo's picture

BERAS – 1 – ada kastanya?

                 Hari Minggu siang dari gereja aku mengantar istriku ke pasar beras. Biasanya kami membeli beras di toko dekat rumah. Tetapi ini kebetulan lewat sekalian saja membeli di sini, kata istriku. Dulu pasar ini dikenal sebagai Pasar Besar Semarang karena didominasi kios beras dan harganya lebih murah dibandingkan di tempat lain. Dulu aku setiap bulan ke sebuah kios di sini membeli beras 5 zak @ 25 kg.


Purnomo's picture

JANGAN LUPAKAN MUJIZAT ITU

          Selepas ibadah pagi 4-Oktober-2015 aku ikut temanku ke Salatiga. Hari ini Wisma Lansia Maria Martha di mana temanku menjadi ketua pengurusnya menyelenggarakan ibadah syukur untuk ultahnya yang ke-21. Kami adalah rombongan pertama dari Semarang yang tiba di wisma itu. Aku melihat seorang duduk di depan kibod. Tubuhnya kurus. Aku mendekatinya. “Pak Santo ya?” tanyaku.

Purnomo's picture

PURNOMO SOK PAMER

           Hari Sabtu 03 Oktober 2015 aku ke sebuah SD Kristen setelah mendapat kepastian Kepseknya ada di sana. Sekolah ini sejak dulu hari Sabtu libur. Aku sengaja memilih hari itu karena akan membicarakan sesuatu yang rahasia. Sebulan yang lalu Ibu Kepsek bertanya kalau-kalau aku bisa membantu para GTT (Guru Tidak Tetap) yang hanya berhonor 250 ribu sebulan. Di SD Tabita GTT mendapat 400 - 500 rb.


Purnomo's picture

JANGAN MENCANGKUL DI KAPLING ORANG

               “Ada syarat dari kamu untuk aku dalam membantu orang-orangku?” tanyanya.
               “Ada.”
               “Apa?”
               “Uang bea siswa yang aku berikan kepada orang-orangmu jangan kamu minta sepuluh prosen walaupun dengan alasan teologis.”
                Dia tertawa, “Nylekitmu gak pernah hilang.”

Purnomo's picture

MBOKYAO – 2

         Minggu 27 September 2015 usai kebaktian aku ke kantin gereja untuk sarapan. Belum selesai menyantap sebungkus nasi gudeg beberapa remaja mendekati mejaku. Mereka baru selesai menghadiri kebaktian remaja gerejaku. Mereka aku bantu uang sekolahnya lepas dari organisasi gereja.
        “Tunggu, saya makan dulu,” kataku. Selesai makan aku suruh mereka duduk semeja denganku.

Purnomo's picture

MBOKYAO - 1

         Jumat 25 September 2015 pagi aku pergi ke sebuah SMK di Jl. Dr Cipto. Sebuah gereja memberiku data diri 10 anggota PPA yang dinaunginya, siapa tahu aku bisa ikut menyantuni mereka. Ada teman-teman yang tidak setuju bila seorang siswa yang telah mendapat santunan yayasan PPA aku santuni agar distribusiku bisa lebih luas dibanding apabila aku menyantuni mereka yang sudah mendapat santunan dari pihak lain. Tetapi bagaimana bila SPP-nya 180 rb sedangkan donasi PPA hanya 70 rb? Terlebih lagi bila ortunya betul-betul tidak mampu? Karena itu aku ke SMK ini untuk keperluan itu.


Purnomo's picture

Sekolah Lansia (2) - AFTER LUNCH TIME

            Begitu selesai pelajaran kedua para petugas memasukkan meja-meja lipat ke aula untuk merubahnya menjadi ruang makan. Itulah saat makan siang bagi para siswa Sekolah Lansia. Mereka membuka bekalnya dan kayaknya sudah jadi tradisi mereka bertukar lauk. Miss Anita ikut membuka bekalnya. Ia duduk di sebelah Kepsek, Ibu Kartika.

Purnomo's picture

Sekolah Lansia (1) – IT’S JUST A DREAM ?

          Panti werda itu terletak di tepi kota Semarang, dekat dengan sebuah komplek perumahan besar yang bisa disebut satelit kota. Menjelang pukul 8 pagi berdatangan orang-orang tua ke panti itu. Ada yang diantar oleh anaknya dengan mobil, ada juga yang diboncengkan motor. Ada yang masih bisa berjalan sendiri, ada yang sudah bertongkat, ada juga yang berkursi roda. Mereka bukan penghuni panti, tetapi para siswa Sekolah Lansia yang diselenggarakan oleh Panti Werda. Masuk pagi, pulang sore, lima hari dalam seminggu. Belum setahun sekolah ini sudah memiliki sekitar 30 siswa.

Purnomo's picture

BISA MELAWAN PIKUN? – Ngobrol

                  Senin sore 14 September 2015 aku berencana ke persekutuan bulanan Sola Fide di gereja. Persekutuan ini diselenggarakan oleh Komisi Usia Lanjut berisi ceramah yang dikhususkan untuk anggota gereja berusia 50 tahun ke atas. Berulang kali aku mendapat undangan tetapi aku tak pernah hadir. Hari ini persekutuan itu mengadakan ceramah "BAGAIMANA MENCEGAH KEPIKUNAN?" dengan nara sumber kepala rumah sakit Kristen. Aku bawa flashdisk, jadi kalau nanti kurang jelas semoga boleh mengopas materi ceramahnya.

Purnomo's picture

Pinjami Dia Namamu

Suatu hari kebetulan dia melihat anak tetangganya berangkat ke sekolah. Matanya melihat anak itu tidak mengenakan pakaian seragam dan hanya bersandal jepit. Tetapi hatinya melihat Yesus dalam diri anak itu, berjalan dengan kepala tertunduk ke sinagoge.

Purnomo's picture

Lulus SD dulu baru JADI BINTANG SINETRON

          Mencari dana dan kemudian membagi santunan beasiswa memang susah. Tetapi terlebih susah menyadarkan orang tua siswa pentingnya pendidikan dan pembina karakter anak2nya. Terlebih lagi di pemukiman marginal di mana kawin cerai di antara penduduknya gak kalah cepatnya sama kaum selebritis yang kemudian dijadikan model oleh generasi penerusnya.

Purnomo's picture

Tiga Ribu Rupiah Sejam

           Selama 5 tahun nama nenek ini ada dalam file komputerku sebagai wali 3 siswa SD Tabita di mana hampir seluruh siswanya kami santuni. Dia adalah pengambil santunan yang paling cerewet. Dia bertanya kepada penyalur santunan (PS) apakah aku mau membantu biaya hidupnya. Ketika cucu pertamanya lulus SD dia ngotot minta PS memberinya nomor teleponku karena dia mau minta santunan dilanjutkan ke jenjang SMP.

Purnomo's picture

SERIBU RUPIAH SEHARI

      Ada siswi baru di kelasnya. Dia duduk sebangku dengannya. Anaknya pendiam bahkan tepatnya pengantuk terlebih bila jam-jam pertama sehingga kadang ia harus menyikut rusuknya agar terbangun. Setiap jam istirahat dia tak ikut keluar kelas sehingga suatu ketika dia bertanya, "Mengapa kamu tidak pernah keluar kelas waktu jam istirahat?"

Purnomo's picture

TIDAK MENYERAH

         Adik perempuanku yang tidak satu gereja denganku menelepon. Ibu seorang murid Sekolah Minggunya mendadak meninggal. Si ibu sudah lama bercerai. Aku diminta datang ke rumah duka karena dia bingung akan nasib 3 anak si ibu ini.

Purnomo's picture

Kasih Permen Karet

      Belum aku mengeluarkan print-out tabulasi catatan keuangan Panti Asuhan, dia sudah mendahului bercerita tentang kenakalan anak-anak panti yang sudah SMK. Sekelompok cewek membuat surat petisi yang berisi kata makian kepada seorang pengasuhnya "anjing" dan bertanya solusinya kepadaku.

Purnomo's picture

Gak Makan Bangku Kuliah

         Tadi waktu semobil dgn istri, puteri sulungku dan 2 cucuku, mendadak saja istriku tanya mengapa Susi yang menteri itu kok banyak yang ngributi. Aku lalu menyebutkan semua kekurangannya yang tidak sejalan dengan norma-norma yang sudah diakrabi oleh masyarakat.
         Begitu aku selesai memberi paparan, puteriku menambahi, "Kabar-kabarnya dia sudah cerai 3 kali, semua suaminya bule."